Berharap pada Solidaritas Natal
Penulis: Putu Suasta, Alumnus UGM dan Cornell University.
DENPASAR, MataDewata.com | Salah satu daerah yang paling semarak menyambut Natal dan Tahun Baru di Indonesia adalah Bali, sekalipun penduduknya mayoritas beragama Hindu. Saban tahun, mendekati 25 Desember, Pulau Dewata akan penuh sesak oleh para pelancong dari seluruh penjuru dunia.
Hampir di setiap jengkal tempat-tempat wisata kita menyaksikan pernak-pernik Natal dan berbagai ornamen-ornamen persiapan menyambut tahun baru. Restoran, tempat belanja dan kafe-kafe biasanya didandani dengah hiasan Natal, dibuat gemerlap dengan lampu berkedap-kedip dan memutar jingle bell saat hari Natal telah tiba.
Kemeriahan itu kini hampir tak terlihat. Pariwisata Bali mati suri lebih dari 6 bulan. Geliat pariwisata Bali kini memang mulai terlihat dengan meningkatnya pesanan hotel dan jumlah pengunjung menjelang hari raya Natal. Tapi tetap tak bisa mengembalikan kemeriahan dan gemerlap yang dipertontonkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Kisah tentang kelesuan, suasana takut (terhadap pandemi) dan ketegangan-ketegangan dalam memenuhi kebutuhan hidup di tengah pandemi ini tentu tidak hanya terasa di Bali, tetapi juga di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia. Dalam suasana seperti itulah kita menyambut hari raya Natal.
Saudara-saudara Kristiani tentu jauh lebih paham bahwa suka cita Natal melampaui semarak ornamen-ornamen dan hiruk pikuk perayaan tahunan. Dengan bakti spiritual, Natal tetap memancarkan suka cita dalam suasana meriah maupun sepi. Karena itu kita yakin bahwa saudara-saudara Kristiani tetap merasakan suka cita sejati dan penuh dalam menyambut hari Natal kali ini.
Sekalipun di tengah pembatasan-pembatasan aktivitas. Untuk itu, sepantasnya kita turut merasakan suka cita dan mengucapkan selamat Natal kepada saudara-saudara kita yang tengah bersuka cita menyambut perayaan Natal. Bersamaan dengan itu, layaklah juga kita menitipkan doa kepada saudara-saudara yang merayakan Natal agar keadaan sulit ini segera berlalu dan kita menyongsong tahun-tahun yang lebih baik dan prospektif.
Solidaritas Bersama
Pengalaman bergaul dengan teman-teman Kristiani selama puluhan tahun, membuat saya sedikit mengerti bahwa Natal (kelahiran Juru Selamat) merupakan bentuk konkrit solidaritas Allah bagi manusia. Allah menjelma menjadi manusia dan ikut merasakan suka duka manusia dalam pejiarahan di dunia ini. Dengan demikian kita dapat berharap bahwa solidaritas yang terpancar dari Natal kiranya menyebar ke seluruh dunia dan menguatkan solidaritas kita semua dalam menghadapi masa-masa sulit sekarang ini.
Kita telah melihat selama berbulan-bulan bahwa solidaritaslah yang telah memampukan kita tetap berdiri tegak hingga hari ini. Selama pandemi ini kita menyaksikan uluran tangan, kerja sama dan semangat saling menolong telah memampukan jutaan orang tetap dapat menatap masa depan dalam suasa sulit ini.
Memang telah terbukti bahwa tidak ada satupun institusi yang begitu kokoh dan tidak terimbas oleh kesulitan yang diakibatkan pandemi Covid-19. Tak ada satupun dalil ekonomi yang dapat menyelamatkan kita dari krisis yang telah begitu dalam. Tak ada satupun tatanan sosial di mana para anggota-anggotanya tak mengeluhkan masa sulit yang dibawa pandemi Covid-19.
Pandemi ini barangkali merupakan salah satu tantangan sekaligus rintangan terbesar dalam hidup manusia dan hanya solidaritas bersama yang bisa memampukan kita melewatinya. Semoga berkah Natal semakin menguatkan solidaritas di antara kita sehingga kita segera melalui masa sulit ini. Selamat Natal, selamat bersuka cita dan bertekun dalam doa bagi saudara-saudara Kristiniani. PS