Langkah Tepat Sandiaga Uno Menata Pariwisata Bali
Penulis: Dr. I Putu Anom SE,M.Par., Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) Wilayah Bali.
DENPASAR, MataDewata.com | Pada prinsipnya saya sangat setuju dan mendukung program Menparekraf, Sandiaga Salahudin Uno yang benar-benar serius ingin menggeliatkan serta menata kembali pariwisata Bali. Mengusahakan bantuan kredit soft loan sebesar Rp9,9 triliun. Agar industri pariwisata bisa mempersiapkan sarana pariwisata lebih baik serta SDM lebih profesional, agar sudah siap menerima kunjungan wisatawan kalau nantinya sudah mulai ada kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara ke Bali.
Program FCC (Free Covid-19 Corridor) untuk menggaet wisatawan mancanegara, terpenting wisatawan yang akan berkunjung sudah sehat dengan memenuhi protokol kesehatan yang ditetapkan WHO dan wisatawan merasa aman, nyaman melakukan aktivitas kunjungan ke daya tarik wisata tanpa ada kekhawatiran akan tertular pandemi Covid-19 maupun virus penyakit yang lain.
Demikian pula industri dan masyarakat Bali juga sudah siap menerima kunjungan wisatawan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan serta juga tidak merasa khawatir akan penularan virus Covid-19 maupun virus maupun bakteri yang lain. Penetapan Bali sebagai destinasi terpilih No: 1 dari TripAdvisor yang bisa mengalahkan London dan destinasi wisata lain ini harus direspon dengan baik melakui langkah-langkah riil agar peluang ini bisa dimanfaatkan untuk kembali menggeliatkan pariwisata Bali.
Pariwisata merupakan motor penggerak ekonomi Bali yang sangat terpuruk hampir setahun dengab tingkat pertumbuhan sempat tercatat -12,28% yang merupakan pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia. Upaya Menparekraf berkantor di Bali pun patut diapresiasi karena hai ini menunjukkan pemerintah pusat benar-benar serius memperhatikan sektor pariwisata Bali yang dikhawatirkan semakin terpuruk kalau tidak ditangani secara baik. Bapak Menparekraf berkantor di Bali tentu untuk memudahkan berkoordinasi dengan pemerintah daerah provinsi Bali, pemerintah Kabupaten/Kota dan tentunya dengan Asosiasi Pariwisata serta industri pariwisata dan masyarakat Bali sebagai tuan rumah.
Perhatian pemerintah pusat tersebut sangat logis karena Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) Utama di Indonesia yang merupakan tolok ukur maju mundurnya pariwisata nasional dan Bali secara rutin. Mencatat sebagai menyumbang sekitar 40% dari pendapatan pariwisata secara nasional. Bali pun harus tetap secara berkelanjutan menerapkan protokol kesehatan walaupun sudah ada masyarakat yang di vaksin. Program CHSE (Cleanlines, Healthy, Safety, Sustainability Enviroment) haruss terus dilanjutkan. Saya juga mohon kepada Bapak Menparekraf agar Bali tetap mengembangkan Pariwisata Budaya yang bersumber dari nilai-nilai luhur agama Hindu.
Semua hal tersebut sedari awal sampai sekarang menjadi magnet daya tarik pariwisata Bali karena terkandung didalamnya kearifan lokal Bali. Demikian pula destinasi wisata diluar Bali pun harus tetap dikembangkan sesuai potensi dan kearifan lokal masing-masing daerah di Indonesia yang beranekaragam sesuai Bhineka Tunggal Ika dan masyarakatpun perlu diberikan Pemahaman Lintas Budaya (Cross Culture Understanding).
Agar masyarakat secara umum dan masyarakat lokal yang sebagai tuan pariwisata (host) harus benar-benar memahami toleransi karena pariwisata merupakan sumber inspirasi toleransi karena aktivitas pariwisata yang melibatkan masyarakat dari berbagai bangsa, suku, ras, agama dan kepercayaan serta etnis yang ada di dunia yang harus semuanya dihormati. PA