Pariwisata Dimasa Pandemi Covid-19
Jangan Lelah Pulihkan Pariwisata Bali
Oleh: Ketut Darmayasa
DENPASAR, MataDewata.com | Perkembangan pariwisata Bali dan Indonesia pada umumnya sangat oesat terutama saat sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia. Seperti dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, menunjukkan kunjungan wisatawan manca negara ke Bali mencapai 6,2 juta wisatawan mancanegara (Wisman).
Sampai akhir tahun 2019, ada peningkatan sekitar 3,0% dari tahun 2018 yang pencapaiannya berkisaran 6,1 juta Wisman. Melihat data tersebut Bali tetap menjadi magnet yang terus bisa menggaet wisatawan dari belahan dunia. Disamping itu juga Bali sudah sering dinobatkan menjadi destinasi terbaik dunia.
Berdasarkan release dari Tripadvisor melalui Travelers Choice Award 2019 Bali menduduki peringkat ke empat terbaik dunia dimana sebelumnya pada tahun 2018 Bali juga sempat menduduki peringkat yang sama sebagai destinasi terbaik dunia.
Namun setelah adanya wabah pandemi Covid-19, pariwisata Bali mengalami penurunan yang sangat drastis sampai minus 82% dari kunjungan tahun 2019 atau hanya sekitar 1,0 juta wisman. Dalam setahun mengakibatkan pariwisata Bali benar-benar lumpuh, banyak hotel, restorant, villa, destinasi wisata dan semua fasillitas penunjang pariwisata hampir dan beberapa yang sudah tutup.
Terlebih semenjak adanya himbauan dan aturan PPKM mikro, tingkat hunian hotel yang masih buka rata-rata berkisaran 15-30% saat sebelum imbauan dan 5-15% , setelah adanya imbauan sehingga mengakibatkan banyak pekerja harian dirumahkan, tidak adanya program magang atau training untuk sekolah baik dari sekolah SMK maupun LPK/LKP sampai perguruan tinggi.
Perusahaan tidak memperpanjang karyawan kontrak, mewajibkan karyawan untuk mengambil hak cuti bahkan mengambil cuti yang tidak dibayar (unpaid leave) bahkan ada yang benar-benar dirumahkan sehingga mengakibatkan terjadinya lonjakan tingkat pengangguran di Bali yang menurut BPS mencapai 144.500 orang atau mengalami peningkatan 267,8% (yoy) di akhir tahun 2020.
Pandemi Covid-19 ini sangat memukul sektor pariwisata dunia dan Bali yang notabene pendapatan asli daerahnya 80% bersumber pada pariwisata. Berbeda dengan sector lain seperti pertanian yang hanya memberikan konribusi sekitar 14-15% dan dari penurunan tingkat kunjungan tersebut Bali sangat merasakan sekali keterpurukan ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi ini.
Perekonomian Bali sampai mengalami kontraksi yang sangat dalam di angka minus 10,98%. Seperti disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali dalam acara Webinar yang mengangkat topik “Tourism Industry Post Covid-19” Survival and Revival Strategy yang diselenggarakan melalui aplikasi zoom di ruang rapat Wagub Bali, Jumat (16/10/2020). Berbagai sumber juga merelease kajian beberapa informasi terkait pengaruh Covid-19 secara global.
Kajian tersebut baik dari lembaga international maupun nasional seperti United Nation World Tourism Organization (UNWTO) yang menyatakan bahwa pariwisata adalah sektor yang rentan dan paling terpuruk keberaaannya sejauh ini. Sektor usaha ini di dominasi oleh 80% UKM, dan ribuan mata pencaharian rentan terdampak. Bahwa pandemik ini dapat memangkas 50 juta pekerjaan diseluruh dunia dalam industri perjalanan dan pariwisata.
Asia terkena dampak terburuk dengan kisaran 30 juta pekerja, sedangkan release dari Tourism Economics menyatakan bahwa pemulihan total di tahun 2022-2023. Kalau prediksi ini terjadi, dapat dibayangkan bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat dalam menjalani kehidupan di tengah tidak adanya kepastian pekerjaan dan disatu sisi harus tetap menjaga imun agar tetap tinggi dan badan selalu sehat.
Membangun trust atau kepercayaan terhadap Bali sebagai daerah destinasi dunia banyak langkah telah ditempuh sejak awal pandemi, mulai dari tahap tanggap darurat dengan membuat crisis center dengan membuat materi tanyangan dan program sosialisasi Covid-19. Menunda semua kegiatan promosi di dalam dan luar negeri, program relaksasi dari pemerintah, alokasi anggaran dari kemenparekraf.
Tahap Pemulihan dengan melakukan kordinasi dan identifikasi dampak, publikasi dan promosi serta penyelenggaraan mice dan aktifitas budaya dengan protokol kesehatan. Nerkordinasi dengan daerah terdampak, mendorong stakeholder untuk membuat kegiatan di daerah terdampak. Kemudian melakukan promosi pada semua media di dalam negeri dan di luar negeri. Mendukung penyelenggaraan berbagai event (kegiatan) kreatif budaya dan lainnya, sampai pemberian bantuan lunak atau soft loan.
Tahap Normalisasi melalui promosi dan publikasi dalam dan luar negeri, menyelenggarakan event berskala nasional dan internasional serta mendukung peningklatan kegiatan clean, healthy, Safety and environments (CHSE).
Seiring dengan perkembangan waktu,sampai saat ini pemerintah baik daerah maupun pusat telah tanpa mengenal lelah terus berupaya untuk mengembalikan pariwisata Bali seperti sedia kala dengan beberapa strategi:
Program vaksinasi masal yang mengacu kepada kerjasama antara PHRI dan kemenkes sehubungan dengan big data yang di update PHRI dengan menargetkan 70% dari total kurang lebih 4,5 juta jiwa penduduk Bali agar tervaksinasi dengan mengutamakan pelaku pariwisata dan manula sebagai prioritas.
Usulan dana hibah ke kemenkeu secara bertahap dan diusulkan agar dana hibah gelombang kedua lebih besar dari gelombang pertama yang di perkitakan mencapai 3,3 Triliun yang diperuntukkan selain untuk hotel dan restoran juga diperuntukkan untuk industry lain seperti travelmagent dan lainnya.
Usulan diadakannya FCC-Free covid corridor sesuai dengan agenda pemulihan ekonomi ASEAN dengan konsep Asean Free Travel Arrangement.
Pemberian soft loan sebesar 9,4 triliun. Program padat karya ke desa wisata dari kemenparekraf. Pembukaan tahap awal international tourist/border untuk 3 wilayah berzona hijau seperti Kawasan nusadua, Sanur dan ubud sebagai pilot project.
Akibat Lumpuhnya sektor pariwisata berdampak juga terhadap kunjungan ke mall, bioskop dan lain-lain menurun sangat drastis bahkan UMKM pun belum bisa menggairahkan perekonomian karena keterbatasan jam operasional buka,namun saat ini sudah ada kelonggaran jam operasional sampai jam 10 malam.
Terpuruknya pariwisata juga telah mendorong masyarakat dan pemerintah untuk beralih ke sektor pertanian sebagai alternatif sumber penghasilan warga meskipun usaha tersebut banyak sekali tantangannya seperti daya beli masyarakat yang rendah karena sebagian dari masyarakat sudah tidak memiliki uang cadangan karena terlalu lama sudah tidak berpenghasilan.
Di tengah upaya pemerintah dalam upaya peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali,para pekerja sektor pariwisata yang sudah hampir setahun tidak mendapatkan gaji atau sering disebut dengan orang tanpa gaji (OTG) terus berupaya membangun kreativitas dan inovasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tidak bisa dipungkiiri bahwasannya pandemi ini telah mengajarkan banyak orang untuk tahan terhadap resiko, menggembleng diri untuk bertanggung jawab, mempekuat komitmen dan meningkatkan kreatifitas.
Dahulu sebelum Pandemi melanda, banyak dari pekerja sektor pariwisata dengan mudahnya mendapatkan atau meraup rupiah,ada beberapa yang hidup penuh dengan hura-hura sampai terkadang sampai lupa dengan budaya adat ketimuran, dan saat ini mereka kembali kepada insan Bali yang berbudaya, beberapa kegiatan yang dilakukan selama pandemi adalah:
Kembali ke desa beralih profesi ke sektor pertanian sebagai alternative sumber penghasilan untuk keluarga untuk Bertani atau menjadi buruh tani.
Membuat pelatihan secara online berupa seminar-seminar, talkshow dan praktek membuat koktel, praktek membuat roti dan pelatihan lain.
Membuka peluang menjadi entrepreneur atau berdagang baik secara offline maupun online sepertiMeyewa ruko Bersama teman seprofesi untuk membuat angkringan kecil.
Menjual produk keliling dengan kendaraan baik mobil maupun motor dan mangkal di keramaian di pinggir jalan. Membuat bazaar di mall-mall dengan mengundang beberapa UMKM untuk terlibat dalam bazaar sehingga bisa membantu menggerakkan roda perekonomian.
Ada juga yang memasarkan produknya secara online dengan bantuan dari go-food, grab-food.go-send dan lain-lain. Sudah ada dalam bayangan setiap orang,bahwa ada semacam kerinduan dari para calon wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan manca negara untuk segera kembali mengunjungi Bali pulau dewata, pulau seribu pura, pulau surga dan ucapan lainnya.
Ada beberapa dari para wisatwan yang pernah mengunjungi dan bahkan sempat tinggal di Bali dengan waktu lama berkabar bahwa sudah ingin sekali datang ke Bali.
Mereka para calon wisatawan sudah rindu akan panorama alam yang indah yang sudah terkenal mendunia yang dimiliki oleh Bali.
Mereka, para calon wisatawan sudah rindu akan keramah-tamahan warga Bali. Mereka,para calon wisatawan sudah rindu akan fasilitas akomodasi yang sangat memadai yang dimiliki oleh properti disemua kawasan wisata yang telah terverifikasi dari Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan telah tersertifikasi CHSE and Envirnments dari kementrian pariwisata RI.
Mereka para calon wisatwan sudah rindu akan Bali dengan tatanan kehidupan era barunya. Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk kita berbenah, menyiapkan diri agar kita siap untuk menyambut kedatangan wisatawan setelah pandemi berakhir, melakukan perbaikan fisik bangunan,memperbaiki sarana dan prasarana pendukung seperti peralatan mesin dan lain-lain.
Mengadakan pelatihan terhadap semua sumber daya manusia yang ada agar lebih kompeten, menyesuaikan target pasar dan sebagainya, serta mendata ulang rekan atau partner bisnis. Melihat situasi saat ini, diprediksi potensi wisatawan yang akan datang berkunjung nantinya adalah wisatawan premium dengan minat khusus seperti culture tourism, culinary tourism, dan eco-tourism dengan konsep healing.
Potensi wisatawan kedepannya lainnya adalah para wisatawan yang lebih memilih suasana yang fresh dan healthy ,wisatawan yang lebih peduli pada kesehatan dan keselamatan sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam menentukan tempat yang akan dikunjungi. Tugas kita sebagai pelaku pariwisata adalah menyediakan kualitas produk dan pelayanan yang tinggi dan konsisten, menjaga diri dan area kerja serta lingkungan agar tetap bersih.
Selalu menciptakan atmosphere atau suasana yang nyaman dan jangan melakukan price war atau perang harga,buatlah agar wisatawan mendapatkan harga yang value for money. Pariwisata sebagai sumber devisa daerah Bali yang didukung dengan adat istiadat, tradisi, seni budaya dan kearipan lokalnya harus terus dilestarikan dan ditumbuh kembangkan.
Bersiinergikan dengan sektor lainnya agar selalu bisa bersinergi untuk membangun Bali yang lebih baik. Mari kita mengambil hikmah positif dari pandemi ini,jangan sampai pandemi ini melemahkan semangat kita untuk terus berjuang dan berkarya lebih hebat lagi sekecil apapun itu,semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kita semua bisa beraktifitas kembali secara normal dengan menjalankan protokol kesehatan. Selamat datang di Bali Era Baru. Rahayu. KD