Tirta Tridatu di Pengelukatan Bethara Ayu Canting Camplung Mas
Diyakini Berkhasiat Sembuhkan Berbagai Penyakit

KARANGASEM, MataDewata.com | Pengelukatan Bethara Ayu Canting Camplung Mas yang terletak di Desa Adat Sengkidu, Kecamatan Manggis, Karangasem diyakini masyarakat sekutat memiliki banyak manfaat. Bendesa Adat Sengkidu, Jro Mangku I Nyoman Wage, SH., menjelaskan pengelukatan tersebut sudah ada sejak zaman dahulu.
Saat ini kondisinya masih sama seperti pertama kali diketahui oleh masyarakat secara turun-temurun, sebagai tempat pasiraman Ida Bethara mesucian. Masyarakat setemoat juga memfunhsikan untuk tempat malukat dan nunas tirta. “Boleh melukat tapi bukan mandi,” ujar Jero Mangku Wage saat dutemui, Minggu (9/5/2021).
Pengelukatan tersebut mulai dikenal dan dimanfaatkan oleh krama setempat sekitar Tahun 1980-an. “Waktu itu masyarakat masih awam belum mengetahui pasti lokasi di sana. Padahal taman itu dari dulu sudah ada,” ungkapnya.
Saat ini Desa Adat Sengkidu berencana melakukan penataan. “Sudah dibangun tiga pelinggih disana. Ada pelinggih pengapit berupa Macan Gading. Pelinggih utama untuk linggih Bethara Ratu Ayu Canting Camplung Mas,” jekasnya.

Sepanjang informasi banyak kisah menarik diceritakan oleh krama yang pernah melukat maupun nunas tirta. Sehingga pengelukatan ini diyakini memiliki banyak khasiat. Terutama untuk menyembuhkan berbagai sakit atau penyakit. Menyambut pemedek yang tangkil, desa adat setempat berencana menyiagakan petugas piket.
Syarat nunas tirta cukup dengan sarana canang. Namun untuk ritual melukat menggunakan banten pejati yang akan dibantu Jero Mangku setempat. “Jadi Jro Mangku yang akan ngastawang baktinya. Perlu juga dibawa klungah gading untuk melukat atau klungah gadang jika hendak metamba,” jelasnya.

Pada pengelukatan ini terdapat tiga jenis tirta yang disebut Tri Datu. Terdiri dari Tirta Brahma, Wisnu dan Siwa. Krama yang nunas tirta maupun melukat bukan melalui pancoran, melainkan mengambil menggunakan canting khusus. “Ambil dengan canting, kami mempertahankan yang sudah ada. Karena disini sumber air dari ibu pertiwi. Tidak bisa dijadikan pancoran,” terangnya.
Berdasarkan penuturan warga, diceritakannya bahkan ada warga yang pernah melukat dan berhasil sembuh dari cetik bebai hingga Pasutri yang lama tidak punya momongan yang akhirnya bisa hamil. “Mereka yang berkata demikian, kita disini tidak tahu persis. Ada yang tidak pernah hamil, akhirnya kapice. Ada yang rencana dioperasi, berangsur sembuh,” ujarnya.Ny-MD