Tumpek Wariga Mapengarah 25 Lemeng Galungan

Oleh: Wakil Ketua PHDI Bali, Wayan Sukayasa, ST, SH.

Bagian dari Bhuta Hita Pelestarian Ruang atau Alam, juga Bagian dati Trihita Karana yakni Hubungan Manusia dengan Alam

DENPASAR, MataDewata.com | Tumpek Wariga merupakan hari penghormatan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Sangkara yang menciptakan tumbuh-tumbuhan dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Tumbuh-tumbuhan dalam kepercayaan Hindu Bali, mesti dihormati karena kebaikannya terhadap manusia.

Implemasi;
Nini Nini, buin selae lemeng galungan. Mabuah apang nged… nged… nged.” Begitu ucapan seorang ibu disaat saya masih tinggal dan di besarkan di pegunungan desa Munduktemu saat itu almarhum ibu saya masih dan selalu memgajak setiap rainan ke pelinggih istanya “nglurah tebeng manivestasi dewa sangkara”sembari mengetokkan caluk di tangan kanan pada pohon kopi, manggis, kelapa, salak, cengkeh dan sebagainya yang berbunga. Dia memberi sedikit luka pada batang itu. Hal sama sejumlah tanaman lain di kebun dan pekarangan itu pada perayaan tumpek wariga, caniscare warige.

Baca juga :  Perayaan Rahina Tumpek Wariga dengan Upacara Wana kerthi Dilaksanakan Instansi Vertikal

Tumpek wariga merupakan upacara berkaitan dengan lingkungan, terutama melestarikan pohon. Doa supaya pohon berbuat lebat, berbunga, punya kualitas bagus. Kalau bisa buah bisa untuk Galungan,” Sebagai pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali.

Galungan merupakan hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan). Pada hari itu, umat Hindu sembahyang menggunakan sarana buah dan bunga. Buah dan bunga identik dengan berbagai upacara umat Hindu. Usai persembahyangan, buah-buahan dikonsumsi.

Baca juga :  Terpanggil untuk “Atur Ayah” FULL Of SHIT Segera Tampil di Tampak Gangsul

Sebutan Nini dalam tumpek wariga ditujukan pada Tuhan dalam manifestasi sebagai Sang Hyang Sangkara, penguasa segala tumbuh tumbuhan. “Agar memberikan anugerah kepada mangga, durian, pisang, dan pohon pohon lain, supaya buah bisa cepat matang, lalu untuk Hari Galungan.”

Ik-MD-WBB-SY//14/2022/f1

Tumpek wariga, merupakan kearifan lokal dari para leluhur agar warga selalu menjaga lingkungan dengan selalu menanam pohon di pekarangan. “Memang, pelajaran ini ditekankan karena daerah pertanian. Agar generasi muda paling tidak menghasilkan buah-buahan untuk sendiri dan persembahan, yg sebagai komuditi bagia umat lain yg membutuhkan untuk dijual.”

Baca juga :  Bangun Pusat Peradaban, Demer: Jangan Bikin Beban dan Museumkan Budaya Bali

Saya sebagai pengurus majelis umta phdi bali mengajak umat Hindu untuk rajin menanam pohon, agar mendapatkan buah dari kebun sendiri yg bisa kita gunakan persembahan. Karena itu, makna yang bisa diambil umat Hindu mesti menanam pohon buah-buahan hingga tak impor buah. “Setiap pekarangan longgar, ditanami buah. Jadi tidak menjadi manja, selalu membeli di swalayan. Ps-MD

@tumpek pengarah, saniscare wariga
#wayansukayasaphdibali (14 mei 2022).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button