Bangkitkan Ekonomi Bali, Prof Suardana: Masyarakat Harus Terbiasa dengan Digitalisasi

DENPASAR, MataDewata.com | Pandemi Covid-19 yang telah melanda Bali selama delapan bulan terakhir telah memicu fenomena global terjadinya percepatan era digitalisasi di semua lini kehidupan. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, SE.,MM., menegaskan perubahan drastis yang terjadi mengarahkan masyarakat terbiasa untuk bisa mengkses teknologi “Go ICT” dan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan baik.

“Fenomena sekarang ini mempercepat digitalisasi. Dulu perkiraan tahun 2024-2025 akan terjadi digitalisasi secara masif tapi sekarang dipercepat dengan adanya pandemi ini. Saat ini sudah maju sekali dan banyak orang terkejut meskipun tanda-tandanya sudah ada dua, tiga tahun lalu,” ujar Prof Suardana di Denpasar, Kamis (26/11/2020).

Ditegaskannya, dihadapkan pada kondisi saat ini semua pihak mau tidak mau harus siap untuk menjalani kehidupan modern. Tentunya tidak semua masyarakat terjangkau pengaruh ICT (Information And Communication Technology) sehingga masih bisa melaksanakan berbagai aktifitas dan kegiatan ekonomi secara konvensional. Era digitalisasi bahkan telah merambah dunia pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD), yang sebelum pandemi Covid-19 sebagian besar hanya memacu perguruan tinggi.

“Di pendidikan pembelajaran Daring (dalam jaringan, red) mulai SD hingga perguruan tinggi. Dulu perkiraannya hanya perguruan tinggi yang masif mengembangkan program belajar jarak jauh. Guru yang tidak terbiasa dengan digital, tidak terbiasa dengan kemajuan ICT sekarang mereka harus siap agar mereka mempunya variasi dan kreatif untuk mengajar. Apalagi dosen persentasinya harus menarik dan mahasiswa sudah terbiasa selama delapan bulan ini belajar dari rumah,” terang Ekonom Undiknas University itu.

Baca juga :  Bank Indonesia Bali Ikut Serta Panen Perdana Cabai di Hutan Kota Buleleng

Sementara khusus di sektor ekonomi, pandemi Covid-19 telah memaksa banyak transaksi dilakukan secara digital. Inilah yang ditegaskan Prof Suardana yang menjadikan alasan pengusaha di dunia seperti yang terjadi di Eropa banyak menjual swalayan besar. Kondisi itu juga menunjukkan banyak usaha saat ini mengalami penurunan dari sisi penjualan karena tumbuhnya modifikasi bisnis atau transaksi barang yang lebih praktis dan mudah dilakukan secara online.

“Harus ada modifikasi dan variasi yang harus mereka (dunia usaha, red) buat dengan kondisi seperti ini. Bagusnya ketika pandemi ini berakhir maka geliat ekonomi akan terjadi lagi. Bali kenapa terpuruk sekali seperti sekarang ini karena kita mengandalkan sektor tersier, bahkan menurut saya sekitar 63 persen jasa industri pariwisata menghidupkan Bali langsung maupun tidak langsung,” terang pria yang juga Dekan FEB Undiknas itu.

Besarnya geliat sektor pariwisata di Bali yang digoncang pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata Bali terpuruk tentu akan berimbas pada sektor pendukung lainnya seperti bidang pertanian. Akan sulit menggeliatkan pertanian dalam kondisi ini namun ia optimis sektor agraris ini akan pelan-pelan kembali bangkit dengan pulihnya ekonomi saat pandemi sudah mulai berakhir.

Baca juga :  Jaga Stabilitas Inflasi di Kota Denpasar, Wawali Arya Wibawa Tinjau Bazar Pangan di Banjar Taman Sekar Padangsambian

“Ketika sudah ada link, keterkaitan ini akan lebih bagus lagi. Dulu sudah ada dan sekarang lebih disiapkan. Hotel-hotel harus berani beli langsung agar tidak panjang rantai pasoknya, itu lebih menguntungkan petani. Kalau rantainya panjang kecil sekali nilai tambahnya. Pemerintah harus berperan tentu dengan regulasi dann bantuan-bantuan,” terangnya.

Menggeliatkan ekonomi dengan memacu nilai transaksi di masyarakat tentu harus didukung penuh stimulus fiskal dari pemerintah. Berupa anggaran pembangunan, baik proyek maupun infrastruktur jalan hingga bantuan langsung tunai melalui program padat karya. “sehingga ada yang berbelanja, tingkat konsumsi semakin meningkat,” harapnya.

Akademisi Undiknas Denpasar ini juga menyoroti kondisi akomodasi pariwisata Bali yang kini sudah banyak mati suri. Bahkan memunculkan harapan agar turun bantuan yang bisa didapat dari pemerintah untuk kembali hidup saat kondisi pariwisata pulih. Tentu saja menurutnya ancaman pelaku usaha gulung tikar karena para investor tidak menakar akan menanggung kerugian akibat bencana seperti pandemi Covid-19 saat ini. Geliat investasi baru sangat kuat dilakukan namun keuntungan yang telah didapat sebelumnya tidak dipersiapkan menghadapi situasi sata ini.

Baca juga :  Kolaborasi OJK, Bank BPD Bali dan Pemkot Denpasar Tingkatkan Literasi Keuangan Sejak Dini

“Ada beberapa yang salah investasi, ketika sudah besar lupa mencanangkan (menyiapkan dana, red) karena tidak diprediksi sekarang ini. Keuntungan selalu dialihkan untuk investasi baru sehingga sekarang mangkrak asetnya. Solusinya nanti saat kondisi normal mereka harus berani mengakses perbankan. Agar bisa hidup lagi ekonominya, seyogyanya tidak cari untung besar dulu yang penting menggeliat,” saran pria yang hidup di keluarga pebisnis itu.

Agar masyarakat dan pelaku usaha kuat menghadapi perubahan di masa depan, Prof Suardana juga setuju semua kalangan harus duduk bersama menciptakan formulasi dan strategi untuk kembali menggeliatkan perekonomian sektor paling terdampak Covid-19. Untuk itu diharapkan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan dan vaksin segera ada dan bisa diterima masyarakat agar pandemi bisa segera berakhir.

“Kalau 2021 awal sudah ada vaksin maka akan agak normal di pertengahan 2021 dan mulai agak menggeliat. Saat vaksin diterima maka akan ada kebangkitan, karena kita tau penyakit tidak memilih usia. Tapi tentu vaksin akan diberikan bagi yang rentan dan beresiko dulu. Dalam situasi ini kita harus tetap optimis, tidak bisa meninggalkan situasi sekarang ini dengan apatis,” serunya sembari mengingatkan generasi melenial dan start up jeli membaca pelung usaha di era digitalisasi saat ini. MD-9

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button