Juara Biolife Solution Tawarkan Strategi Peningktan Produksi Udang di Bali

Diskusi Hal Inovasi dan Solusi Udang (DHISU), Bali

DENPASAR, MataDewata.com | Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mulai mengimplementasikan dua program terobosan KKP di awal tahun 2022. Sebagai upaya menggenjot produktivitas sektor perikanan budidaya di Indonesia. Peningkatan produksi salah satunya bertujuan untuk memenuhi target ekspor, khususnya untuk komoditas perikanan budidaya.

Berkaitan dengan hal tersebut De Heus mengadakan sarasehan untuk para pembudidaya di Resto Lesehan Kreteg Nyirang, Negara-Bali, Senin (28/3/2022). De Heus juga mengajak kolaborasi tim Juara dan tim benur Prima Larvae Bali.”Tentu ini menjadi hal yang positif untuk para pembudidaya,” ungkap perwakilan dari De Heus, Teguh Winarno.

Manager Teknik De Heus, Suprapto mengataka selama ini Bali dikenal sebagai destinasi wisata yang populer di seantero dunia. Dibalik keindahan panorama alam Bali yang sangat menakjubkan, tersimpan potensi besar perikanan di Pulau Dewata ini. Lahan potensial untuk budidaya tambak di Bali seluas 1.667 Hektare, namun baru dimanfaatkan sebanyak 28 persen.

Baca juga :  Bupati Tabanan Apresiasi Kekompakan Masyarakat Desa Kaba-Kaba Membangun Karya

“Bali Memiliki potensi yang cukup besar, diharapkan masyarakat Bali yang sebagian besar mengandalkan mata pencaharian alternatif bidang pariwisata, dapat menjadi pembudidaya ikan atau udang sebagai alternatifnya,” ungkap Suprapto.

De Heus (Global) merupakan salah satu produsen pakan yang cukup populer dikalangan pembudidaya. Teguh Suwarno mengungkapkan, pertemuan rutin dilakukan ke wilayah-wilayah untuk mempererat hubungan dengan para pembudidaya, serta poin utamanya sharing teknologi informasi terupdate mengenai budidaya, serta konsep sinbiotik yang dijalankan.

Baca juga :  Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Roadmap SP4N-LAPOR! Provinsi Bali

CEO PT Juara Biolife Solution, Ahmad Arif mengatakan, budidaya udang sendiri sudah ada target produksi yakni 2 juta ton pada tahun 2024. Strategi yang perlu disiapkan selain lahan budidaya, juga manajemen kualitas air untuk budidaya. “Semakin banyak lahan budidaya yang beroprasi tentunya akan mempengaruhi sumber perairan kita, dengan banyaknya limbah budidaya yang dihasilkan dan nantinya dibuang kembali ke laut, tentunya akan tidak baik jika dibiarkan secara terus-menerus,” imbuh Ahmad Arif.

Selanjutnya Technical support tim Juara, Sofanul Khakim menambahkan, bahwasanya setiap permasalahan yang ditimbulkan di dalam kolam budidaya, sebaiknya diselesaikan juga di tempat tersebut. Sehingga ketika air limbah kembali ke perairan dalam kondisi yang baik seperti semula. “Enzim Juara sebagai salah satu produk biokimia yang menawarkan sebagai pengolah limbah budidaya didesain dengan sangat mudah dan aman untuk digunakan. Selain pengaplikasiannya yang gampang, tentunya manfaat yang ditimbulkan juga sangat luar biasa,” jelasnya.

Baca juga :  Raih WTP LKPD Tahun 2021, Pemprov Bali Terima Penghargaan

Ditambahkan Ahmad Arif, pengolahan limbah menggunakan enzim sangat cepat dilakukan, tanpa mempengaruhi kondisi udang/biota budidaya. Enzim tersebut akan bekerja secara spesifik terhadap target yang dituju. “Dengan pengolahan limbah kolam yang cepat, maka tercipta kondisi lingkungan budidaya yang aman dan nyaman bagi udang maupun untuk lingkungan ekosistem kita. Ekosistem terjaga maka sistem budidaya dapat berkelanjutan dan nantinya Indonesia mampu mewujudkan target produktivitas yang diharapkan”, tambah Ahmad Arif. Tu-MD

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button