Hentikan Impor Garam, Nyoman Parta: Naikkan Kualitas Produksi Dalam Negeri
Wujudkan Industri Strategis Nasional
JAKARTA, MataDewata.com | Masalah impor garam selalu jadi polemik dan mengundang pro dan kontra, tetapi persoalan mendasar untuk pemenuhan dari dalam negeri sendiri tidak pernah mampu dihadirkan sebagai solusi. Kenyataannya bahan baku untuk memproduksi garam sangat berlimpah di sepanjang pantai Indonesia. Mengakhiri persoalan itu Anggota Komisi VI DPR RI, I Nyoman Parta angkat bicara dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan PT Rajawali Nasional Indonesia (RNI) di Jakarta, Kamis (17/2/2022).
Diawal RDP terungkap pemerintah masih harus mengimpor garam karena: Pertama, jumlah produksi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan industri. Kedua, kualitas garam lokal tidak sepadan dengan kebutuhan industri, sementara industri membutuhkan garam dengan spesifikasi cukup tinggi. Ketiga, kepastian pasokan garam sepanjang tahun, terutama bagi industri yang belum bisa dipenuhi dari garam lokal.
Ditegaskan wakil rakyat daerah pemilihan (Dapil) Bali dari Fraksi PDI Perjuangan, Nyoman Parta, alasan tersebut sudah lama dan selalu diulang penyampaiannya setiap tahun. Menurutnya persoalan kwalifikasi garam industri yang lebih tinggi dari garam lokal itu bisa diselesaikan dengan teknologi.
“Agar NaCL memenuhi standar persoalan produksi yang masih tergantung dengan alam, itupun bisa diselesaikan dengan teknologi. Dengan bentang pantai nomer dua terpanjang di dunia, setalah Canada harusnya Indonesia tidak impor garam,” tegas Wakil rakyat di Senayan itu.
Lanjut menjelaskan, hingga saat ini faktanya impor garam setiap tahun semakin meningkat, tahun 2018 Impor garam 2.6 juta ton naik menjadi 3 juta ton di tahun 2021. Sebaliknya produksi garam nasional mengalami penurunan dari tahun 2015 sebanyak 2.9 juta ton menjadi 1,3 juta ton di tahun 2021. “Ironi memang dan kini saatnya pemerintah membuat rencana yang menjadikan garam sebagai industri strategis nasional,” tegasnya.
Upaya lain dijelaskan bisa dilakukan dengan pembangun mendekatkan rakyat dari sumber alam yang ada di sekitarnya. Dampak positif yang bisa dihasilkan bukan saja biaya produksinya akan lebih murah juga pembangunan tersebut akan berkesinambungan. “Jadi kesejahteraan dicapai dengan sumber alam yang tersedia di sekitarnnya,” imbuh Nyoman Parta.
Dirut PT Rajawali Nasional Indonesia (RNI) Arief Prasetyo menyampaikan pihaknya merupakan holding dari BUMN pangan juga. Bak gayung bersambut menurut Nyoman Parta, sangat memungkinkan bisa ditugaskan merealisasikan gagasan cemerlang yang diharapkan bisa hadir memenuhi garam dalam negeri dan mengurangi impor. “PT RNI bisa melakukan langkah membeli garam rakyat, lalu diolah kembali dengan teknologi yang memadai. Melakukan afirmatif membeli garam petani dengan harga yang lebih baik,” tutup politisi asal Desa Guwang, Gianyar itu. Wr-MD