Kelola Sampah di Benawah, Warga Dapat Uang Sebelum Galungan
GIANYAR, MataDewata.com | Desa Adat Benawah, Kabupaten Gianyar menggalakan program Bank Sampah berbasis Desa Adat. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa adat lainnya di Kabupaten Gianyar bahkan untuk diseluruh Pulau Balii. Terbukti program ini mendapat dukungan penuh dari seluruh warga setempat. Karena dirasakan adanya mamfaat ganda, selain membuat lingkungan bersih juga ada nilai ekonomis yang dihasilkan dari sampah.
“Poin utama masyarat ingin bersih. Saya edukasi juga dipilah yang organik dan non organik. Kami yakinkan dengan mendatangkan PKK, kami beri pemahaman. Soal sampah gini kan basisnya adalah perempuan,” ujar Bendesa Benawah, Anak Agung Gede Arnawa saat ditumui, Selasa (11/5/2021).
Ditegaskan, sebelum melaksanakan program tersebut, telah digelar rapat untuk menyampaikan gagasan sehingga setelah ada ketertarikan dari warga baru dijelaskan secara teknis. “Kami lewat rapat dulu, sosialisasi mana sampah yang harus dipilah. Keleng, botol, plastik, besi, tembaga, sepatu bekas dan lain sebagainya. Saya beri edukasi pada masyarakat, yang tentu ada income untuk masyarakat,” jelasnya.
Diakuinya, kendati uang yang didapat masih terbilang kecil, namun kesadaran masyarakat sudah terbentuk. Sehingga ia optimistis program ini akan berhasil kedepannya. “Karena masyarakat kan tertarik dengan kebersihan lingkungan. Saya larang buang plastik ke got. Saya buat program. Jadi kalaupun ada plastik dibuang bisa dipungut sama warga. Karena mereka sadar, kalau dipungut bisa menghasilkan uang,” tegasnya.
Program Bank Sampah Berbasis Desa Adat inii juga dijelaskan untuk mendukung arahan Gubernur Bali dan sejalan dengan Program Bupati gianyar, I Made Mahayastra untuk mewujudkan Gianyar Bersih dan Aman. “Kemudian mengubah mindset setelah mengahsilkan akan menjadi brand. Sampah akan jadi uang, ngapain dibuang?,” serunya.
Secara teknis dijelaskan Agung Arnawa, uang yang dihasilkan warga bergantung dari jenis sampah yang dihasilkan. Terdapat 47 item jenis sampah termasuk sterofom yang memiliki nilai ekonomis. “Masuk dulu dana pihak ketiga beli ke kita. Kemudian setalah kita timbang, kelihatan list berapa dapat uang. Uang pembayaran ditransfer ke rekenaing desa adat, kemudian ke rekening LPD, baru diteruskan ke buku tabungan warga,” jelasnya lanjut mengatakan bahwa harga jual ke pihak ketiga juga akan menjadi pendapatan untuk pihak desa adat meski tidak besar.
Setiap enam bulan sekali pihaknya mencairkan uang tabungan dari sampah tersebut. Sehingga dalam kondisi seperti saat ini warga cukup terbantu. “Jadi untuk biaya beli sarana upacara dan daging sudah ada. Seminggu sebelum Galungan kami sudah cairkan. Pihaknya mengaku siap berkolaborasi jika ada desa aat lainnya di Bali yang ingin bekerjasama terkait bank sampah ini. “Kalau ada desa lain yang mau kolaborasi, pasti kami siap. Kami lihat ada perkembangan setelah edukasi dan warga sangat antusias,” pungkasnya. Ny-MD