Sinergi dengan BPR, Bank BPD Bali Tingkatkan Ekspansi Kredit Perbankan UMKM
DENPASAR, MataDewata.com | Hampir dua tahun perbankan nasional dihadapkan pada tantangan berat akibat dampak pandemi Covid-19. Memberikan dampak pada meningkatnya risiko kredit karena penurunan aktivitas ekonomi pada kinerja debitur. Bahkan perekonomian di Bali secra menyeluruh mengalami kontraksi signifikan dikarenakan sektor pariwisata yang masih belum pulih terlebih adanya kebijakan pembatasan sosial.
Pada kerjasama Apex BPR, Bank BPD Bali dengan Perbarindo Bali yang dilaksanaakan Jumat (3/12/2021) di Art Center Denpasar, Direktur Utama Bank BPD Bali, I Nyoman Sudharma, SH. MH., menjelaskan terjadinya perubahan ekspektasi masyarakat akan layanan perbankan yang berpotensi mengubah bentuk, cara bertransaksi dan pola operasional perbankan. Bahkan great shifting perilaku masyarakat dalam melakukan transaksi dari sebelumnya dengan interaksi fisik beralih ke arah virtual (cashless dan contactless).
Tentunya kondisi ini menuntut transformasi struktural model bisnis perbankan antara lain melalui akselerasi layanan digitalnya yang cepat, efisien, aman, dan everywhere everytime (dapat dilakukan dari mana dan kapan saja). Salah satu upaya Bank BPD Bali dalam transformasi digital dengan mendukung program TP2DD yang diinisiasi oleh Bank Indonesia termasuk penyelenggaraan sistem pembayaran digital berupa QRIS yang saat ini menjadi salah satu jawaban dari perubahan livestyle masyarakat dalam transaksi non tunai.
“Untuk menghadapi tantangan tersebut yang kedepannya akan semakin meningkat, bervariasi dan dinamis. Perbankan harus melakukan berbagai upaya dalam penguatan daya saing melalui transformasi layanan dan juga sinergitas usaha,” jelas Dirut Nyoman Sudharma.
Ditambahkan, faktor penting dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di masa krisis seperti saat ini adalah dengan mengoptimalkan kontribusi sektor keuangan termasuk perbankan dalam membuka akses layanan jasa keuangan, terutama dalam bentuk pembiayaan seluas mungkin kepada pelaku usaha terutama UMKM yang menjadi salah satu esensi kebijakan inklusi keuangan terrmasuk digitalisasi UMKM (marketplace & e-commerce). “Tujuannya bukan hanya untuk keuntungan instansi semata, namun juga menggerakan roda perekonomian daerah melalui dukungan terhadap UMKM,” paparnya.
Lanjut disampaikan Dirut Nyoman Sudharma, sinergi antara Bank BPD Bali dengan BPR melalui kerja sama Apex BPR diharapkan mampu meningkatkan ekspansi kredit perbankan terhadap UMKM. Bank dan BPR saling mendukung dengan mengoptimalkan keunggulan sumber daya yang dimiliki dengan fokus pada pemberdayaan sektor UMKM.
Melalui optimalisasi penyaluran kredit kepada UMKM diharapkan memacu multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi Bali dan sebagai wujud dukungan Bank BPD Bali pada program Bank Indonesia melalui kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) serta kebijakan Pemerintah Daerah melalui program pembangunan Ekonomi Kerthi Bali dengan enam sektor unggulan sebagai pilar perekonomian Bali yaitu sektor pertanian termasuk peternakan dan perkebunan, sektor kelautan/perikanan, sektor Industri, sektor IKM, UMKM dan Koperasi, sektor Ekonomi Kreatif dan Digital.
“Sampai dengan bulan Oktober 2022, porsi kredit UMKM Bnak BPD Bali sebesar 44,4 persen. Dimana sesuai ketentuan BI terkait RPIM bahwa porsi kredit UMKM perbankan sampai dengan tahun 2024 sebesar 30 persen,” ungkap banker asal Desa Ungasan, Badung itu.
Sementara Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta menjelaskan menyatakan saat ini merchant QRIS sudah mencapai 13 juta dari 12 juta target Bank Indomesia sampai akhir tahun. “Syukur saat ini sudah mencapai lebih dari tiga belas juta,” ujarnya.
Dari 13 juta merchant tersebut, kata Filianingsih yang luar biasa adalah 96 persen UMKM. Bahkan QRIS sudah masuk bukan saja di mall-mall, tetapi juga sudah masuk di pedagang kaki lima. “Jadi di Indonesia itu, digitalisasi itu mulai dari bawah. Dari UMKM dan masyarakat berpenghasilan rendah, bahkan pemerpannya kalau dilihat di pedagang kali lima di gerobak yang ini jual jamu, yang ini sudah pakai QRIS. Artinya QRIS itu milik semua lapisan. Dari pedagang kaki lima sampai toko-toko bermerek di mall,” ungkapnya.
Lanjutnya Filianingsih Hendarta, digitalisasi bukan tujuan utama, tetapi sebagai sarana meningkatkan produktivitas. Di Bali sendiri, kata Filianingsih Hendarta luar biasa, Bank BPD Bali sangat mendukung QRIS. “Kemarin dapat penghargaan dari BI sebagai penyalur (kredit) UMKM terbanyak,” ucap Filianingsih Hendarta
Hal yang sama dikatakan Ketua DPD Perbarindo Bali, I Ketut Wiratjana. Ia mengatakan dari 133 anggota Perbarindo di Bali tentu sangat mengharapkan digitalisasi (QRIS) bisa dilaksanakan BPR di seluruh Bali. “Artinya apa, kita harus memang mengadakan hubungan dengan Bank BPD Bali. Karena saat ini Bank BPD Bali ditunjuk menjadi Apex-nya BPR. Jadi pengayom BPR,” kata Wiratjana. Dimana fungsi Apex itu ada tiga, yaitu fooling funds, finance asssitance dan ketiga tecknical assistance. “Tecknical assistance seperti apa yang dilakukan Bank BPD hari ini. Jadi kita BPR di seluruh Bali sangat berterimakasih dengan Bank BPD menjadi Apex-bank,” tutupnya. Dp-MD