Presidensi G20 Menempatkan Indonesia dalam Posisi Penting Hubungan Internasional
DENPASAR, MataDewata.com | Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud) Dr. I Dewa Gede Palguna, S.H.,M.Hum., menilai perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) sangat penting bagi Indonesia dalam hubungan internasional. Utamanya dalam mengenalkan Indonesia sebagai negara besar yang kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya dalam hal pengertian pluralisme. “Ini luar biasa, sukunya, bahasanya budayanya, kuliner dan alamnya,” ujarnya, Kamis (10/11/2022).
Lanjut menegaskan salah satu efeknya adalah sisi promosi, kendati sering disebut Presidensi Indonesia di G20 tidak lebih dari sekedar koordinator mempertemukan dan sebagainya. “Tetapi sangat penting karena bagaimanapun kemudian akan terlihat kepemimpinan Presiden Jokowi di G20, apakah akan teruji. Karena ini adalah dunia multipolar atau kepemimpinan yang sulit, tetapi inilah kesempatan untuk membuktikan bahwa Presiden Jokowi bisa memimpin dalam situasi yang sulit,” ungkap Dewa Palguna.
Selanjutnya dalam konteks hubungan internasional yang kaitannya dengan hukum internasional, keberhasilan pelaksanaan oleh Presiden Jokowi dalam hubungan internasional dalam posisi sangat terhormat. “Bayangkan dalam keadaan negara yang saling bermusuhan seperti saat ini, masih mampu menyelenggarakan kegiatan. Apalagi nanti ini berlangsung lancar dan aman. Dan begitu kaya dengan agenda dan diskusi. Apapun nanti hasilnya, dalam dunia yang “saling intip” dan lomba unjuk kekuatan dan sebagainya. Tapi kita mampu melaksanakannya dengan damai. Itu akan luar biasa,” jelasnya lanjut menyampaikan dari aspek leadership akan membuat Indonesia dalam hubungan internasional menjadi sangat signifikan.
Secara ekonomi, tidak saja dilihat dalam jangka pendek. “Kalau itu sekarang hanya bisa dihitung dari keterisian hotel dan sebagainya,” kata mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) yang lanjut mengatakan perhelatan tersebut juga memiliki dampak jangka panjang yang baik bagi Indoneisa. “Bila dilihat sekian negara hadir, termasuk kepala negara yang sudah memastikan hadir, nantinya bukan sekedar akan hadir di acara resmi tetapi juga akan mengabarkan apa yang dialaminya selama berlangsungnya konferensi ini dan apa yang dialaminya pada masyarakat di negaranya,” ungkap Dewa Palguna.
Para delegasi dan pimpinan negara lainnya diharapkan akan bercerita tentang Indonesia dan secara khususnya tentang Bali. “Ini dampak ekonominya akan luar biasa ke depannya, walaupun orang mengatakan Bali sudah dikenal tapi pertanyaannya di segmen mana keterkenalan Bali itu,” tandasnya.
Menurut pria yang juga aktivis kesenian ini, hal seperti itu patut digarisbawahi agar masyarakat Bali harus bersyukur acara G20 berlangsung di Bali. karena Presiden Republik Indonesia dipercayai sebagai presiden yang akan membawa dampak sangat besar bagi Indonesia ke depannya dalam konteks hubungan internasional.
Kesempatan Bali bila ingin bergeser dari mass tourism ke quality tourism. Terlebih nanti akan ada culture forum, dimana delegasi diajak berkunjung ke desa-desa dan melihat alam Bali. “Ini kan dalam tanda petik adalah promosi Bali, di sini kalau Bali mau bergeser ke quality tourism. Harus ada skenario agar para delegasi lebih banyak tahu apa sesungguhnya Bali itu. Sehingga membuat mereka datang dan datang lagi ke Bali sebagai turis berkualitas,” jelasnya.
Ditanya tentang gaya kepemimpinan Presiden Jokowi? Dewa Palguna menjawab mungkin gaya seperti itu yang dibutuhkan dunia sekarang, yang sudah dalam tanda petik lelah dengan kepemimpinan yang konfrontatif dengan kepemimpinan yang model konservatif dan terjebak dalam pembelahan.
“Ternyata gaya kepemimpinan yang slengekan (biasa, red) diterima oleh pemimpin dunia lainnya. Kita saja yang sering tidak bisa terima,” ujar pria kelahiran Bangli itu. “Ini bisa dilihat dari penerimaan pemimpin negara negara lainnya di G20, bahkan oleh negara-negara yang sering menekan agar Jokowi tidak mengundang Rusia. Belum pernah ada komentar negatif tentang Jokowi,” tandasnya.
Kata Palguna hal tersebut adalah capaian yang tidak mudah diraih oleh siapapun yang menjadi presidensi G20. “Saya melihat dari Presiden Jokowi tidak ada rasa minder, dia tenang saja. Ada semacam spirit Bung Karno dalam diri Jokowi. Saya ini Presiden dari negara besar lho. Dia tidak merunduk-runduk dihadapan negara besar, yang selama ini disebut negara super power,” imbuhnya.
Dewa Palguna juga melihat dari bahasa tubuh Jokowi bila ada diantara pemimpin G20 lainnya memberi apresiasi kepada Presiden Jokowi. “Anda negara negara maju tidak boleh sombong, karena anda membutuhkan Indonesia dan saya adalah Presiden dari Republik Indonesia,” ungkapnya. Sg-MD