Putus Pandemi Covid-19, Ismaya: Masyarakat Harus Lebih Disiplin Terapkan Prokes
DENPASAR, MataDewata.com | Update penanggulangan Covid-19, di Bali hingga Kamis, 27 Mei 2021 pukul 18:00 Wita mencatat pertambahan kasus terkonfirmasi sebanyak 44 orang. Terdiri dari 36 orang melalui transmisi lokal dan 8 orang PPDN. Senbuh sebanyak 79 orang serta 2 orang dinyatakan meninggal dunia.
Hingga saat ini jumlah kasus secara kumulatif di Bali terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 47.259 orang, sembuh 45.123 orang (95,48%), dan meninggal dunia 1.502 orang (3,18%). Kasus aktif menjadi 634 orang (1,34%).
Tokoh masyarakat Bali Ketut Putra Ismaya yang juga Ketua Umum Yayasan Kesatria Keris Bali mengatakan, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari setahun melanda Indonesia telah meluluh lantakkan hampir di semua sendi ekonomi masyarakat Bali.
Secara logika ia menilai isu pandemi sudah membuat masyarakat merasa tercekam, terlebih kasus Covid-19 yang melanda India dengan peningkatan kasua kematian luar biasa. Tentunya apa yang terjadi menurutnya harus dijadikan pemahaman bagi seluruh masyarakat agar benar-benar menyakini bahaya Covid-19 secara menyeluruh di seluruh elemen masyarakat.
“Pelajaran yang harus diambil dari india untuk mengambil sikap. Sempat merasa aman dari Covid, India akhirnya banyak yang meninggal. Banyak upaya dan aturan diperketat agar kita menjaga diri dan pemerintah dalam menjaga negaranya. Bahkan pemerintah mengambil posisi berat untuk rakyat Bali yang sebagian besar menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata,” ujar Ismaya saat dutemui di kediamannya Jl. Seroja Denpasar, Senin (31/5/2021).
Menyikapi keadaan ini menurut Ismaya perlu upaya lebih dari pemerintan agar masyarakat mendapatkan data rill dan jelas terkait penanganan pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit. Sehingga menurutnya benar-benar masyarakat tahu beratnya penderitaan pasien serta lelahnya tim medis dalam melakukan penanganan pasien. “Harus disikapi, pemerintah juga harus jujur dalam hal mengendalikan Covid bersama rakyat,” harapnya.
Ditegaskannya, masyarakat ingan pemerintah lebih terbuka dalam penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit, maksudnya agar mampu menberikan kejelasan kepada masyarakat yang masih awam atau belum percaya secara penuh bahwa pandemi yang terjadi benar-benar berbahaya dan telah menjadi mesin pembuhuh massal.
“Ini yang saya minta dari pemerintah untuk memperjelas kepada masyarakat yang bodoh akhirnya merasa dibodoh-bodohi. Takutnya kan kasian pemerintah yang sudah benar-benar menjaga untuk membuat masyarakat mentatai. Pemerintah yang betul-betul mengetahui, tetapi bagi masyarakat ini bohong-bohongan, akal akalan. Sudah Prokes, sudah vaksin masih juga belum bisa menjalankan aktivitas yang sempurna seperti sedikala,” ungkapnya.
Menurut pengamatannya banyak pasar yang masih ramai bahkan banyak pedagang dan pembeli belum benar-brnar menjalankan protokol kesehatan (Prokes). “Saya sering kepasar dan melihat orang pasar, ada ibu-ibu jualan tidak memakai masker dan saya lihat dia jualan gak pernah kena Covid, kan itu loginya,” jelas Ismaya agar upaya penerapan Prokes lebih diperketat.
Diakui Ismaya, dirinya pada bulan September tahun 2020 lalu sempat kehilangan penciuman dan batuk-batuk, namun tidak sampai divonis Covid-19 sebab dengan kesadaran dan disiplin melakukan karantina mandiri di rumah. “Bagaimana menjaga tubuh dengan kondisi kesehatan prima itu yang terbaik,” jelasnya dan mengajak masyarakat lainnya percaya beratnya penderitaan pasien jika sampai masuk rumah sakit.
Di tengah kondisi ini, ia juga ikut merasa beratnya tanggung jawab Palang Merah Indonesia (PMI) dalam menyediakan stok darah, utamanya untuk donor darah konvalesen. Bahkan penerapan zona hijau di Bali membuat masyarakat yang sudah divaksin tidak bisa melakukan donor konvalesen dalam kurun waktu beberapa bulan. Sehingga ia ikut mendata anggotanya yang sebelumnya terkena Covid, sehingg pada saat diperlukan donor segera bisa disiapkan.
“Kita siapkan nyama (masyarakat, red) Keris yang pernah mengalami Covid. Saya di yayasan membuat nyama-nyama selalu mau ikut untuk berdonor. Buktinya ada teryata yang umur 50 tahun dan 48 tahun baru pertama kali donor. Belum pernah donor, ketika masuk Keeris mau donor. Itu yang terjadi di tanah Bali,” ucapnya lanjut mengajak masyarakat Hindu Bali lainnya agar lebih gemar melakukan donor darah.
Diketahui, untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, Gubernur Bali telah menerbitkan Surat Edaran No: 07 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Desa/ Kelurahan Dalam Tatanan Kehidupan Era Baru di Provinsi Bali, berlaku sejak tanggal 23 Maret 2021 sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Hal lain yang diatur yakni kegiatan di restoran/rumah makan/warung dan sejenisnya untuk layanan di tempat dilaksanakan maksimal 50% dari kapasitas normal, jam operasional dibatasi sampai dengan pukul 22:00 Wita, dengan tetap menerapkan Prokes secara lebih ketat.
Pemerintah mengantisipasi mobilitas warga pada saat arus balik lebaran. Langkah pengendalian dilakukan salah satunya dengan memperbanyak tes antigen secara acak. Presiden RI Joko Widodo meminta agar ada penguatan PPKM Mikro pasca lebaran 2021 baik di daerah asal maupun daerah tujuan arus balik pemudik.
Masyarakat juga diharapkan agar selalu Disiplin melaksanakan 6M, Memakai Masker Standar dengan benar, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, Mengurangi Bepergian, Meningkatkan Imun dan Mentaati Aturan. Serta dihimbau untuk tidak berkerumun, dan membatasi kegiatan sosial sesuai dengan aturan yang berlaku. MD-9