Tekan Penyebaran DBD, Unud Gelar Seminar Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali

Aman! Wolbachia WMP Bukan Rekayasa Genetik

DENPASAR, MataDewata.com | Menekan penyebaran kasus demam berdarah yang belakangan ini marak disebabkan oleh virus dengue, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) menggelar Seminar Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali: Peluang dan Tantangan di Gedung Fisip Kampus Unud, Kamis (30/11/2023).

“Dengan adanya seminar ini saya harapkan Unud bisa turut berperan dalam hal pengkajian Wolbachia sebelum nantinya dilepas ke Masyarakat,” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Unud, Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.,IPU., saat membuka seminar mewakili Rektor Unud.

Dosen Program Studi kesehatan Masyarakat FK Unud, Dr. Sang Gede Purnama, SKM.,MSc., selaku narasumber manyampaikan, nyamuk berwolbachia merupakan nyamuk baik dimana banyak keuntungan yang didapat bagi kesehatan masyarakat.

Ditegaskannya, salah satu manfaat dari nyamuk ini adalah dapat mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah. “Penggunaan Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang menjanjikan dalam upaya mengurangi penyebaran DBD yang disebabkan oleh virus dengue,” ujarnya.

Ik-MD-BPD Bali//26/2022/fm

Lanjut menyampaikan, manusia yang terkena gigitan nyamuk dengan Wolbachia akan menurunkan tingkat penularan dari virus dengue melalui nyamuk ke manusia secara signifikan. Hal ini terjadi karena sistem kerja dari Wolbachia yang menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.

“Wolbachia aman bagi manusia, karena hanya hidup di sel serangga. Wolbachia tidak menyebabkan nyamuk menjadi lebih ganas sehingga tidak merubah sifat, fisik, perkembangan dan perilaku nyamuk,” imbuh Dr. Sang Gede Purnama.

Ik-MD-OJK//2/2023/fm

Ia juga menyampaikan menggunakan bakteri Wolbachia alami sebagai alat pengendalian vektor demam berdarah dengue. “Pengendalian vektor sering melibatkan pestisida kimia, seperti insektisida ini dapat membunuh nyamuk vektor. Pestisida harus digunakan secara berkala dan penggunaan berlebihan dapat mengarah pada resistensi vektor terhadap insektisida,” terangnya.

“Pestisida dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan dan organisme non target. Jadi penggunaan insektisida harus dihentikan agar populasi nyamuk vektor kembali berkembang,” tandas Dr. Sang Gede Purnama.

World Wolbachia Program (WMP) telah menyebarkan nyamuk berwolbachia di 14 negara sejak tahun 2011. Indonesia sendiri telah melakukan kajian analisis risiko independen. “Wolbachia WMP bukan rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO, red) hanya memindahkan Wolbachia dari lalat buah ke nyamuk Aedes Aegypti betina, tidak mengubah struktur gen nyamuk atau Wolbachia,” tutupnya. PA-MD

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button