Ny. Putri Koster Ingatkan Calon Ibu Cegah Stunting

Sukseskan Program Nasional

DENPASAR, MataDewata.com | Secara konsisten dan berkelanjutan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali melaksanakan sosialisasi terintegrasi dengan Dinas Kesehatan dalam rangka menumbuhkan kesadaran calon ibu untuk merawat kesehatan tubuhnya sejak dini, agar saat menikah dan hamil nantinya terbebas dari ancaman Kekurangan Energi Kronis (KEK). Sosialisasi berkelanjutan melalui media massa ini adalah dukungan Provinsi Bali terhadap Program Nasional untuk menekan terus angka penderita stunting dengan cara mengingatkan calon ibu bahwa mencegah stunting sejak dini (usia remaja) itu penting.

KEK ini bisa terjadinya akibat pola makan yang tidak teratur bahkan bisa juga akibat konsumsi obat-obatan diet yang terlalu aktif. “Saya sebagai ibu dari Masyarakat Bali tidak akan pernah lelah untuk meminta kepada semua remaja putri mulai menjaga pola makan, pola tidur atau istirahat yang cukup sekaligus meminimalisir penggunaan gadget.

Karena hal-hal ini secara tidak sadar menjadi penyebab bobroknya ketahanan tubuh terhadap perkembangan fisik dan juga mental. Dengan menjaga dan menyadari pentingnya hidup sehat, kita (kaum perempuan) sudah menolong diri kita sendiri untuk melahirkan anak-anak/ generasi yang sehat kedepannya”, ungkap Ny. Putri Koster saat didaulat sebagai narasumber dalam dialog interaktif program BAHTERA di Studio TVRI Bali, Rabu, Buda Wage Merakih (27/7/2022).

Baca juga :  Kunjungan Ny. Putri Koster ke Mini Galery Lukisan Agus Mertayasa
Ik-MD-KUR-BPD-Bali//2/2022/fm

Jika dilihat secara nasional, Bali memang menduduki tingkat terendah untuk stunting yang bertengger di angka 10,9 %. Namun dari sembilan Kabupaten/Kota di Bali, masih terdapat empat (4) Kabupaten yang mencatat tingginya angka stunting di wilayahnya. Uraian data ini mencatat bahwa empat Kabupaten tersebut adalah Karangan dengan tingkat penderita balita stunting sebanyak 22,9%, disusul Kabupaten Klungkung dengan tingkat stunting sebanyak 19,4%, kemudian Kabupaten Jembrana sebanyak 14,3% dan Kabupaten Bangli mencatat 11,8% angka stunting di tahun 2021.

Stunting atau gagal tumbuh kembang anak tidak hanya terjadi saat dalam kandungan yang diakibatkan oleh kurangnya asupan bergizi ibu saat hamil atau kekurangan energi kronis (KEK) saat hamil.

Baca juga :  Implementasi Semangat Kartini Menuju Bali Era Baru

Namun seperti yang kita ketahui bersama bahwa stunting atau gagal tumbuh kembang anak harus dicegah saat 1000 hari pertama bayi tersebut dilahirkan. “Pemenuhan gizi saat bayi sudah dilahirkan (terutama 1000 hari pertamanya) juga menjadi peran penting dalam menentukan dan membantu tumbuh kembang bayi yang maksimal”, ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom saat mendampingi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali saat dialog interaktif “BAHTERA”.

Bahaya stunting juga terjadi akibat kurang informasi kesehatan yang dimiliki seorang ibu atau calon ibu termasuk juga suaminya, sehingga konsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak teratur juga menjadi penyebab gagalnya tumbuh kembang bayi yang lahir.

“Makanan sehat dan bergizi itu bukan hanya sekedar makanan yang enak di lidah, namun dia harus sehat dan memenuhi gizi yang lengkap bagi kebutuhan tubuh kita. Jangan salah memilih makanan (yang banyak pengawet dan penyedap) agar mudah dicerna oleh organ tubuh dan tidak berbahaya tentunya,” Ny. Putri Koster menimpali.

Baca juga :  Tingkatkan Daya Saing BPTP Bali Terus Kembangkan Hasil Pertanian Bali
Ik/MD-BPD-KUR//30/2021/f1

Ditambahkan oleh Kadis Kesehatan Nyoman Gede Anom bahwa stunting atau gagal tumbuh kembang yang baru diketahui saat anak berusia 2 tahun, harus tetap dirawat dengan baik dan mendapatkan perhatian lebih. “Kenapa mencegah stunting itu penting dan lebih mudah, karena dengan mencegah kita mampu meminimalisir lahirnya bayi dengan gagal tumbuh kembang. Namun jika sudah berada pada posisi penanganan tentu kita harus siap dengan perhatian ekstra bagi si anak dan kita juga harus siap dengan dampak yang ditimbulkan akibat stunting, baik itu gagal tumbuh kembang pada fisik, kemampuan otak bahkan akan terjadi gangguan metabolik atau munculnya penyakit seperti stroke, diabetes, jantung dan lainnya,” ungkapnya. Hp-MD

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button