Program Mitigasi, Wisnuardhana Kawal Dana untuk Pertanian Bali Rp286,8 Juta
KARANGASEM, MataDewata.com | Sebagaimana visi pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru. Salah satu misi yang ditetapkan adalah Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Pemasaran produksi pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani.
Dalam mewujudkan misi tersebut kegiatan atau program Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim adalah salah satu kegiatan pembangunan rendah karbon yang sudah dilaksanakan dan dikawal Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distanpangan) Provinsi Bali sejak tahun 2018.
“Dalam Kegiatan tersebut dilakukan upaya untuk meminimalisir Emisi Gas Rumah Kaca yang terjadi antara lain melalui antisipasi, mitigasi dan adaptasi,” ujar Kadistanpangan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhan, M.Si., pada saat Peresmian Kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Tahun 2021, di Kelompok Tani Suli Gading, Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Rabu (21/4/2021).
Dijelaskannya, mitigasi adalah upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan untuk mengurangi sumber emisi gas rumah kaca (GRK). Sehingga ada tindakan penyesuaian untuk menghadapi dampak negative dari perubahan iklim. Melalui pembangunan embung pertanian yang lokasinya relative dekat dengan Kawasan pertanian merupakan upaya konservasi air yang tepat guna, murah dan spesifik lokasi.
Sehingga dapat mengatur ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air (water demand) ditingkat usaha tani. Selanjutnya budidaya yang meliputi pemangkasan, sanitasi kebun, pembuatan rorak, istana cacing, integrasi ternak tanaman pemanfaatan limbah perkebunan. Mengintegrasi dengan ternak (kebun-ternak), mengurangi atau menggantikan pemanfaatan pestisida dan pupuk kimia dengan organik dan pemanfaatan pohon pelindung sebagai penyerap karbon serta system irigasi yang efisien.
“Saya mengucapkan terimakasih kepada semua Tim yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegitan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim, sehingga proses pelaksanaannya dapat berjalan baik dan lancar. Terimakasih juga saya sampaikan Dirwktur Jendral Perkebunan yang telah mengalokasikan kegiatan ini di Bali,” ujar Wisnuardhana.
Mewakili Gubernur Bali, Wayan Koster, ia juga melaporkan dari pagu anggaran sebesar Rp 286.800.000 realisasi keuangan sudah berjalan sebesar Rp 265.028.500 atau sebesar 92,41 % dan realisasi fisik sudah mencapai100 %. Dirinci bantuan fisik terdiri dari 1 Unit embung (volume 250 m3), 1 Unit rumah kompos, 1 Unit kandang kambing, Kambing 25 ekor, Pompa dan instalasi air 1 set, Mesin pencacah dan pengayak kompos masing-masing 1 unit, Mesin lubang biopori 4 unit dan kereta sorong 1 unit.
Sementara untuk bantuan padat karya dalam bentuk upah pembuatan rorak, lubang biopori dan pemangkasan. Bantuan Non Fisik berupa Bimtek untuk meningkatkan kapabilitas petani meliputi, pengamatan dan pengendalian OPT, praktek pembuatan pupuk organik, pestisida nabati, agensia pengendali hayati (APH), bimbingan kesehatan ternak, praktek pengolahan pakan awetan serta praktek pembuatan decomposer berupa mikro organisme local (MOL).
“Saya berharap paket bantuan yang telah diterima oleh kelompok dapat dipelihara dengan baik dan dimanfaatkan sesuai fungsinya semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan produktivitas dan mewujudkan pembangunan perkebunan yang berkelanjutan,” ujarnya yang lanjut menjelaskan bahwa pertanian yang berkelanjutan sangat direkomendasikan.
Pada kesempatan tersebut Wisnuardhana juga menyampaikan, selain bantuan yang bersumber dari dana APBN, Tahun 2021 Kabupaten Karangasem juga mendapat paket bantuan dari dana APBD berupa hibah uang untuk pengadaan alat panjat kelapa sebesar Rp 147.500.000 Yang diberikan kepada lima kelompok.
Benih Kapas sebesar Rp 34.050.000 yang diberikan kepada tiga kelompok di Karangasem. Berbagai kegiatan yang dikawal Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menjadikan Provinsi Bali secara berturut-turut mulai tahun 2018 telah mendapat kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim.
Selanjutnya dari hasil Musrenbangtan Tahun 2022 Provinsi Bali mendapat 2 kegiatan Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim. “Mudah-mudahan kegiatan ini tidak dihilangkan namun tetap ada sampai dengan DIPA turun. Kegiatan adaptasi ini, rencananya akan kami alokasikan di 2 Kelompok yaitu di Kabupaten Buleleng (komoditas kopi) dan di Kabupaten Jembrana (komoditas kakao),” harap Kadistanpangan Wisnuardhan.
pada kesempatan tersebut birokrat asal Tabanan ini berharap, nantinya kelompok-kelompok yang mendapat kegiatan mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim dapat didorong dan diprogramkan untuk menjadi desa pengembangan pertanian organik. Mengingat sarana dan prasarana serta input produksi untuk melaksanakan pertanian organik telah tersedia dan terfasilitasi.
“Adapun kurangnya adalah biaya pemdampingan menyusun Doksistu dan biaya sertifikasi oleh lembaga sertifikasi organik (LS0). Penerapan sistem pertanian organik di Provinsi Bali sangat direkomendasikan karena sistem pertanian organik telah dituangkan dalam Perda No: 8 Tahun 2019 tentang Sitem Petanian Organik,” tandas Wisnuardhana. Dp-MD