Tuding PHDI Bali WBT Punya Agenda Tersembunyi

Jelada: Ngiring Paras-paros, Jangan Provokasi

DENPASAR, MataDewata.com | MGPSSR (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi) mengajak semeton Hindu di Bali mengembangkan narasi yang paras-paros, dalam konteks polemik PHDI. Sepatutnya terus membuka narasi untuk membangun solusi, pendekatan, bukannya narasi memecah belah, memprovokasi, menghasut atau memanas-manasi. “Beri masukan yang sejuk, jangan terus digoreng dan dipanas-panasi,” ujar Made Jelada, ST., usai menghadiri simakrama PHDI se-Bali bersama organisasi Hindu dan Pasemetonan di Bali, Sabtu (28/5/2022).

‘’Kehadiran Pasemetonan dan kami dari MGPSSR bukan karena blok-blokan soroh, karena PHDI bukan milik satu soroh, tapi semua semeton terwakili di PHDI. Tidak benar juga PHDI ini merusak dresta Bali, mengancam desa adat, berpotensi menghilangkan parahyangan di Bali. Apalagi ada tudingan tidak sesuai Pancasila dan berafiliasi dengan organisasi teroris radikal. Marilah kembangkan narasi sesuai Tri Kaya Parisuda, ajaran dharma, paras-paros, ngewangun Hindu dan Bali sesuai filsafat Sad Kertih. Mari kembangkan narasi positif,’’ beber Made Jelada panjang lebar, saat dikonfirmasi media.

Ik-MD-T.c-PA//13/2022/f1

Jelada mengomentari status Medsos Jro Bauddha Suena dengan judul ‘’Ada agenda tersembunyi apa yang dimiliki oleh PHDI Bali WBT’’, yang diunggah sesaat setelah acara simakrama dan konsolidasi Pengurus PHDI Provinsi, Kabupaten/Kota se-Bali dengan organisasi Hindu serta Pasemetonan di Bali (28/5/2022), mendapat kecaman dan justru tendensius dan memprovokasi. Hal itu dilontarkan Made Jelada, yang hadir mewakili MGPSSR (Maha Gotra Sanak Sapta Rsi) Bali, dalam acara di sekretariat PHDI Bali Denpasar tersebut.

Baca juga :  Orasi Terbaru Sukahet, Tidak Lagi Bawa-Bawa MDA-FKUB

Suena menulis, ‘’Kalau ingin mempersatukan umat Hindu Bali untuk bersama-sama menentang sampradana Sai Baba dan HK, kenapa pesemetonan dharmapadea dan pasemetonan Dalem Aji Kresna Kepakisan tidak diundang ya?” APAKAH INI GAYA BARU ADU DOMBA ANTAR SOROH DI BALI?’’

‘’Agenda tersembunyi apa yang dimaksud Jro Suena? Apakah narasi dan provokasi yang berkembang dan dituduhkan ke PHDI selama ini, yang dimaksud? Saya hadir dalam simakrama di PHDI kemarin, tak secuilpun ada narasi, ujaran, ajakan mengadu domba. Sebagai pribadi Hindu dan aktif ngayah di MGPSSR, tidak pula MGPSSR mendengar ada agenda-agenda tersembunyi apapun, selain membangun krama Hindu berdasarkan jnana dan warisan adiluhung leluhur, dari Mpu Kuturan dan Sapta Rsi, Dang Hyang Dwijendra, Dang Hyang Astapaka, dan orang-orang suci terdahulu.

MGPSSR mendukung PHDI hasil Mahasabha XII bukan karena mindset Soroh, tetapi karena PHDI yang ada ini menjadi rumah bersama seluh pasemetonan di Bali. Di Paruman Pandita, Dharma Upapatinya jelas beliau Ida Pedanda, Jro Boda pasti tahu dari pasemetonan mana beliau berasal. Pengurus lainnya beragam, ada semeton Pande, Dukuh, Bujangga, Arya, dan lain-lain, tanpa terkotak-kotak, dalam kesetaraan, paras-paros, saling melengkapi dan membenahi yang kurang-kurang,’’ jelas Jelada.

Baca juga :  Dituduh Khianati Leluhur dan Rusak Dresta, Ketua Harian PHDI Bali: Fokus Kami, Upayakan Solusi

Ida Dharma Upapati malahan menenangkan semua yang hadir, meminta tak perlu membalas hujatan dengan nada yang sama. ‘’Beliau menyampaikan, ngayah di PHDI, walaupun tantangannya berat, antara lain karena leluhur beliau yang ikut menghadap Presiden Soekarno di istana Tampaksiring, ketika agama Hindu mendapat pengakuan negara. Waktu itu tokoh Hindu dari semua unsur sudah ada, termasuk Bapak Pandit Sastri,’’ lanjut Jelada.

Jelada malah bertanya, apakah Jro Suena punya komentar terhadap narasi-narasi yang menuding PHDI Mahasabha XII tidak hanya dituding ‘’sarang sampradaya’’, tapi juga dituduh menjadi biang ancaman terhadap desa adat, Pura-pura, dresta Bali dan dresta Nusantara, berafiliasi dengan teroris internasional Hindu, dan tidak sesuai dengan Pancasila? Apakah menurut Jro Suena, narasi-narasi yang dialamatkan ke PHDI hasil Mahasabha XII dan juga PHDI Bali, Jro Suena berpendapat serupa? Apalagi ada yang pernah mengklaim, bahwa 99% umat Hindu Bali mendukung perjuangan mereka, yang kalau narasinya dibaca secara cerdas, itu membenturkan diantara sesama umat Hindu. Belum lagi mengajak umat lain secara tidak langsung memusuhi PHDI hasil Mahasabha XII.

Baca juga :  Digeber, Penyidikan “Insiden Nyepi Sumberkelampok” Polres Buleleng BAP-kan Ketua KMHDI Bali
Ik/MD-Arisanku-BPR-Bali//16/2021/1bln

‘’Kalau sekarang seolah-oleh Jro Suena jadi bijak, mengapa komentarnya hanya untuk PHDI yang disebutnya PHDI WBT?’’ lanjut Jelada, yang menyebut cukup sering mengikuti narasi Jro Suena bernada permusuhan, hasutan, dan justru secara halus mengadu domba, dan bisa diproses sebagai pidana pelanggaran UU ITE,’’ kata Jelada sembari menyampaikan simakrama pada 28/5/222 di Sekretariat PHDI Bali berlangsung sangat konstruktif, sejuk dan padat oleh masukan-masukan yang memperkuat sradha sebagai umat Hindu.

‘’Ida Dharma Upapati dan ketua-ketua yang lain semuanya mengajak, untuk menghindari membalas hujatan, sekasar apapun itu. Ketua lainnya menyampaikan, kalau karena terpaksa berhadapan, seperti karena digugat di Pengadilan, ya bagaimanapun harus ada jawab menjawab sebagai perlawanan hukum yang berlaku di Indonesia. Jro Suena jangan berat sebelah memberi penilaian, yang melakukan simakrama untuk mencegah keresahan akibat gugatan di Pengadilan, yang diwarnai narasi seakan-akan gugatan sudah dimenangkan oleh penggugat, lalu ketika PHDI masimakrama untuk konsolidasi langsung dituduh punya agenda tersembunyi,’’ kata Jelada panjang lebar. Wd-MD

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button