Gerakan Seribu Tangan Palsu ITS Surabaya Gandeng ITB STIKOM Bali

DENPASAR, MataDewata.com | Gerakan Seribu Tangan Palsu inovasi dari sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menyasar Pulau Dewata untuk membantu disabilitas keterbatasan pada tangan. Program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Prioritas kampus ternama di Pulau Jawa ini menggagas pembentukan ekosistem masyarakat ramah terhadap sahabat difabel.

“Gerakan Seribu Tangan Palsu ini merupakan sebuah ikhtiar yang diprakarsai bersama-sama oleh dosen ITS dengan memperhatikan perkembangan inovasi khusus difabel,” kata Ketua Pelaksana Abmas Prioritas ITS, Djoko Kuswanto, ST.,MBiotech.

Baca juga :  Peroleh Uang Saku Rp99 Juta, Mahasiswa ITB STIKOM Bali Magang di Singapura
Ucp-MD-ISB-DG//9/2022/f1

Bali dipilih karena menjadi daya tarik masyarakat dunia dengan menggandeng kampus ITB STIKOM Bali. “Kami sendiri memang memilih Denpasar dan diawal kami mengajak ITB STIKOM Bali untuk berkolaborasi,” ujar Djoko di Denpasar, Rabu (19/10/2022).

Lanjut menyampaikan Gerakan Seribu Tangan Palsu dibangun pihaknya sejak tahun 2016 berawal keinginannya untuk membagikan ilmu kepada masyarakat secara nyata, tepat guna dan bisa dipakai oleh masyarakat. “Kegiatan yang saya usulkan ini sudah diawali dengan riset-riset sejak tahun 2016. Gerakan Seribu Tangan Palsu ini adalah awalan dari sesuatu dimana kita ingin melibatkan semua lapisan masyarakat baik itu dari lembaga pemerintah, akademisi, swasta, hingga media agar semua dapat terlibat,” ujar Djoko Kuswanto.

Baca juga :  Perkuat Kerja Sama, Department of Asia Africa and Mediterranean Studies University of Naples L'orientale Italia Sambangi FIB Unud
Ik-MD-ITB-SB//14/2022/fm

Mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Sosial tangan palsu yang dibuat oleh Gerakan Seribu Tangan Palsu ini biaya tidak jauh dengan tanggungan biaya BPJS. Teknologi 3D yang dikembangkan juga menggunakan 3D screen agar dapat dicetak di tempat lain secara custome sesuai keinginan pasien.

“Namun ada kekurangan dalam menggunakan teknologi ini yakni pembuatannya belum ada di semua bagian di Indonesia. Maka itulah kami membuat Gerakan Seribu Tangan Palsu dimana itu akan menciptakan titik-titik baru dibanyak daerah dan akan kami latih para difabel untuk mendapat kesempatan yang sama,” imbuh Djoko Kuswanto yang juga Dosen Desain Produk ITS itu. Bi-MD

Baca juga :  Hanya mahasiswa ITB STIKOM Bali yang Lulus Seleksi Program Kampus Mengajar

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button