KpW BI Provinsi Bali Kuatkan Potensi Produksi dan Pemasaran Kopi
Hadirkan Talkshow Bahas Kopi dari Hulu hingga Hilir
DENPASAR, MataDewata.com | Talkshow Kopi hangatkan suasana pelaksanaan Bali Jagadhita Culture Week (BJCW) IV di hari ketiga yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpW BI) Provinsi Bali di Living World Denpasar, Minggu (17/9/2023). Bahas kopi dari hulu hingga hilir ini menampilkan tiga narasumber. Tampil Ketua Koperasi Kelompok Tani Kopi Asli Sidomulyo (Ketakasi), Yusron; Ketua Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Bali, Dwi; serta Pengelola Akasa Kintamani Coffee Shop, Putu Anita Ernawati.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Bali Andi Setyo Biwado saat membuka talkshow menyampaikan perkembangan pasar kopi bertumbuh sangatlah pesat. Dibuktikan dengan banyaknya kafe bermunculan baik secara nasional maupun khususnya di Pulau Dewata. “Kami harap talkshow bisa menjawab segmentasi kopi yang paling pas dalam konteks Bali,” tegasnya pada acara Talkshow yang dipandu praktisi kopi, Komang Sukarsana itu.
Andi Setyo Biwado lanjut berharap lewat talkshow, BI ingin melihat kopi dari sisi hulu atau produksi hingga hilir pada proses pemasaran. Kebanggaannya, saat ini tampil buyer dunia tertarik dengan kopi asal Pulau Dewata. Ditunjukkan adanya pesanan besar namun masalah klasik pada pemenuhan kapasitas produksi yang masih dinilai terkendala. “Apakah benar produksi kopi sangat tergantung dengan cuaca sehingga tak ada jaminan soal jumlah produksi. Tentu ini harus dicari penyebabnya serta bagaimana jalan keluarnya,” tegasnya.
Ketua ASKI Bali Dwi menegaskan tugas dalam melakukan pemetaan jumlah produksi kopi Robusta dan Arabika termasuk cakupan luas lahan yang sudah ada. Harapannya ke depan diketahui secara pasti potensi produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang kini semakin meluas.
Selain itu, pihaknya juga mencari data berapa areal kopi yang ada saat ini. “Dengan data ini, akan ada kepastian produksi, kebutuhan maupun jumlah areal perkebunan kopi yang ada,” tegasnya. Di sisi lain pihaknya juga memberikan edukasi kopi dalam fungsi hidrologis (kemampuan menyerap dan melepas air pasa saat musim penghujan dan kemarau (panan). Selanjutnya fungsi higroskopis yang memiliki kemampuan menyerap bau. “Dengan penyerapan ini, tentu saja polusi bau bisa terhindarkan,” ujarnya sembari berharap ada edukasi penguatan regenerasi terhadap petani kopi.
Selanjutnya pemilik Akasa Kintamani Coffee Shop, Putu Anita Ernawati menyampaikan Upaya penguatan peluang kopi lebih diminati untuk memberikan benefit lebih kepada petani dan pengusaha kopi. Untuk dua tujuan tersebut tentu kreativitas dan penambahan pengetahuan terkait dengan pengolahan kopi sangat dibutuhkan. “Kami senantiasa melakukan upgrade skill dengan cara mengambil kelas-kelas baru mengenai skill pengolahan kopi,” tegasnya.
Mendukung upaya-upaya tersebut ditegaskannya sangat didukung pemanfaatan digitalisasi yang sudah menjadi kebutuhan dalam era saat ini. Menggunakan sejumlah media sosial (Medsos), seperti Instagram (IG) maupun Tiktok untuk meningkatkan target omzet lebih tinggi. “Tanpa booking, pengunjung tak dapat tempat di Akasa sehingga omzetnya pun melonjak ke angka Rp700 juta per bulannya,” ungkapnya.
Selanjutnya, Ketua Koperasi Kelompok Tani Kopi Asli Sidomulyo (Ketakasi), Yusron membahas potensi penguatan produksi kopi antar daerah dalam memenuhi permintaan lokal maupun potensi ekspor. Kondisi tersebut ia tegaskan menyeimbangkan daerah penghasil kopi agar tidak terjadi persaingan namun justru secara Bersama dan terkoneksi mampu memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.
Pada Talk Show Kopi tersebut juga disepakati perlunya data produksi kopi pada sebaran lahan yang ada sehingga potensi produksi bisa saling mengisi untuk kebutuhan pasarnya. Dijelaskannya saat ini pihaknya mengelola 1.372 hektar tanaman kopi dengan 680 petani. Omzet ekspor pun melonjak menjadi Rp 48 miliar pada tahun 2021. “Pada tahun ini, kami menargetkan ekspor hingga di atas Rp70 miliar,” tutupnya. Bi-MD