Viraguna Bagoes Oka Ungkap Faktor Penguatan UMKM Pasca Pandemi
Harus Rubah Pola Pikir dan Tidak Patah Semangat
DENPASAR, MataDewata.com | Pengamat Perbankan, Ekonomi dan Pembangunan, I Gusti Viraguna Bagoes Oka mengungkapkan beberapa faktor yang dapat menguatkan UMKM pasca pandemi Covid-19. Ditemui dibilangan Denpasar, Rabu (17/5/2023) dirinya mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama di dalam penguatan UMKM pasca pandemi adalah perubahan mindset (pola pikir) dari para pelaku UMKM.
Mantan Pimpinan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali ini mengungkapkan, diketahui secara umum bahwa Bali memang sangat bertumpu pada pariwisata seagai sektor utama penggerak roda perekonomian masyarakat. Namun pada saat pandemi, Bali dihadapkan pada situasi yang paling menyedihkan selama dua dekade.
Diketahui sebelumnya bahwa Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya pernah mengalami krisis pada tahun 1998 (krisis moneter/Krismon). Krismon menghantam pengusaha menengah ke atas pada sebagian daerah. Namun itu tak berdampak bagi pertumbuhan perekonomian Bali yang juga ditopang dari sektor utama yakni UMKM. Justru Bali mendapatkan rezeki dari banyak negara yang terdampak kondisi krisis keuangan dunia itu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kelompok seperti kelompok Chinese yang mengadu peruntungannya di Bali.
Pada tahun 2008 terjadi krisis perdagangan saham yang melanda Eropa dan Amerika namun lagi-lagi tidak berdampak bagi perekonomian di Bali karena banyak investor dari Amerika dan Eropa yang berinvestasi di Pulau Dewata. Namun, menurut Viraguna Bagoes Oka, pada tahun 2018 saat Bali sudah menikmati puncak kejayaannya, dimana harga properti melonjak dan banyak pengusaha/broker mengadu spekulasi. Banyak investor datang hingga terjadinya perang dagang antara Amerika dengan Cina lanjut tahun 2019 Covid-19 melanda dunia yang akhirnya membuat perekonomian di Bali berangsur-angsur menurun bahkan terperosok pada angka terendah di wilayah Bali.
“Begitu krisis perang perdagangan Amerika dan Cina plus pandemi yang terjadi di seluruh dunia, di mana Wisman kita pada tahun 2018-2019 mencapai 6.000.000 orang per tahun menjadi 0. Pandemi tidak hanya menghantam pengusaha kelas atas dan menengah, pengusaha kecil pun ikut collape (runtuh),” tukas Viraguna Bagoes Oka.
Memasuki akhir 2022, perekonomian di Bali mulau hidup kembali walaupun tidak semua pelaku pariwisata, pelaku bisnis, maupun pelaku UMKM dapat 100 persen memulai kembali usaha yang pernah dirintis sebelumnya. Menurut Viraguna Bagoes Oka, hal ini dipengaruhi oleh kebangkitan kuantitas yang terjadi di Bali saat ini tidak diikuti dengan kekuatan likuiditas.
“Para pelaku UMKM pada saat ini baru mulai membuka mata namun permasalahannya uang tidak ada, mau pinjam ke Bank, belum bisa karena pihak Bank masih mengurus kredit macet. Makanya Pemerintah memberikan kebijakan relaksasi sampai tahun 2024, dimana nantinya tetap bayar karena bunganya jalan terus, argonya jalan terus,” jelasnya menegaskan situasi saat ini.
“Bali saat ini kesulitannya adalah kesulitan likuiditas untuk membiayai usaha-usaha baru maupun usaha-usaha yang terpuruk, mau dihidupkan kembali tapi modal tidak ada. Ya kalau ada investor bagus, nah usaha kecil ini sekarang maju kena mundur kena,” tambahnya.
Dengan berbagai permasalahan yang timbul pasca pandemi ini, Viraguna Bagoes Oka menyarankan agar semua pelaku UMKM dapat memulai usahanya dengan kemampuan yang ada. Tidak perlu menggunakan modal yang besar untuk merangkak kembali merintis semua mulai dari hal yang terkecil. Para pelaku UMKM harus melakukan dengan upaya yang kecil kembali namun tidak boleh patah semangat. Para pelaku UMKM harus bisa merubah pola pikirnya, merubah sikap dan budayanya.
“Jadi mulai dari diri sendiri, dari lingkungan, sekecil apapun nanti semuanya akan kelihatan hasilnya. Jadi ada beberapa yang saya usulkan adalah harus diri sendiri yang berubah menyesuaikan, maka nantinya akan mendapatkan kepercayaan. Syarat kepercayaan adalah 5 C. Satu adalah Character. Kita harus membiasakan merubah kebiasaan, perilaku dan budaya yang kerap menggunakan uang yang melebihi dari yang kita punya. Ke dua adalah Capacity, dimana kita menunjukkan ke semua orang bahwa kita mampu. Berikutnya adalah Capital atau modal, jika 2 C tadi sudah dilakukan maka modal akan mengikuti. Berikutnya adalah Competition. Tunjukkan bahwa kita mampu berkompetisi. Yang ke lima adalah Collateral atau jaminan,” ungkapnya.
“Ikuti gaya orang Cina, dapat 10 dia pakai 3, 7 disimpan sama dia, toh dengan 3 saya masih bisa hidup, terus begitu, nambah, nambah, nambah. Kalau kita kan beda, dapat 10 habis 11. Maka dari itu yang perlu kita tanam untuk memperkuat UMKM adalah perubahan pola pikir,” tutup Viraguna Bagoes Oka. PA-MD