Mahasiswa UHN IGBS Waspadai Ancaman NKRI
Sudirta Paparkan 4 Konsensus Kebangsaan
DENPASAR, MataDewata.com | Mahasiswa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa (UHN IGBS) dan beberapa siswa SMA dari Kabupaten Tabanan, melontarkan berbagai pertanyaan ke Anggota MPR RI, I Wayan Sudirta, saat Sosialisasi 4 Konsensus Kebangsaan yang berlangsung di Sekretariat PHDI Bali, Sabtu (17/4/2021). Pada acara yang mengangkat tema implementasi nilai kesatuan wilayah, nilai persatuan bangsa dan nilai kemandirian dapat meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diikuti peserta baik secara Daring maupun Luring.
Para peserta melontarkan pertanyaan, bagaimana cara orang Bali menjaga kebudayaannya sementara generasi milenial yang interaksinya dengan dunia modern terkesan kurang perhatian terhadap tradisi dan kebudayaan. Begitu juga masih adanya kesenjangan antara realitas di lapangan dengan cita-cita ideal kebangsaan. Seperti misalnya masih banyak anak yang putus sekolah akibat orangtuanya mendorong anaknya bekerja membantu ekonomi keluarga.
Atau ada juga orang miskin yang mestinya mendapat beasiswa namun haknya justru dibikmati anak dari orang-orang kaya dan mampu. Mahasiswa juga bertanya, apa yang mestinya dilakukan terhadap pernyataan yang viral di media sosial, yakni Desak Dharmawati, yang menjelek-jelekkan agama Hindu dan budaya Bali. Pertanyaan-pertanyaan senada itu dilontarkan Wahyuni, Virayani, Winda, Yoga Prema, Risma Yanti, Kadek Putu Ari, Komang Devi Adnyani serta Wayan Yuliastuti.
Menanggapi pertanyaan dan komentar-komentar tersebut, Sudirta mengajak mahasiswa dan generasi muda belajar dari para pendahulu dan pendiri bangsa. “Mengapa dulu para pemuda di masa kolonial bisa bersatu dalam perjuangan, tidak lain karena kerjasama, selain keberanian, kemauan berkorban, sikap saling menghargai dan mau bekerjasama. Bayangkan kerajaan-kerajaan dan kesultanan sebelum kemerdekaan, mereka berkorban untuk berada di bawah naungan NKRI setelah republik ini diproklamasikan. Sebelumnya, ada Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 oleh pemuda berbagai daerah,’’ kata Sudirta.
Untuk kasus viralnya pernyataan Desak Dharmawati yang beredar melalui media sosial, Sudirta yang mendapat telepon dari seorang petinggi Lemhanas menegaskan, sebagai praktisi hukum selama puluhan tahun dan juga pengacara Kementerian Hukum dan HAM dalam menghadapi gugatan HTI di PTUN Jakarta, serta pengacara Ahok dalam kasus penistaan agama, ia menegaskan, secara yuridis pernyataan Desak Dharmawati itu bisa dilaporkan ke aparat penegak hukum.
Katanya, agar laporan ke polisi itu punya dasar yang kuat, baik sekali bila didahului kajian dari aspek hukum positif, aspek teologis agama Hindu, aspek sosial budaya dan adat. ‘’Sudah ada Tim untuk menyelenggarakan FGD (focus group discussion) yang diprakarsai oleh PHDI Bali dan KORdEM Bali, yang mengundang narasumber yang berkompeten untuk mengkaji secara mendalam dan komprehensif, kata demi kata dalam pernyataan Ibu Desak Dharmawati, mana yang termasuk dugaan pidana, mana yang masuk kekeliruan pemahaman tentang adat dan budaya, mana yang termasuk dalam kategori kesalahan memahami teologi Hindu, mengingat yang bersangkutan dulunya beragama Hindu,’’ papar Sudirta.
Sudirta mengajak para mahasiswa ikut memikirkan keberlanjutan negara dan bangsa, dengan membangun melalui profesi yang disertai wawasan kebangsaan yang lebih luas. Ia mengajak mahasiswa aktif berorganisasi, dan juga tidak alergi terhadap politik dan partai politik.
‘’Keberlangsungan negara ini ada di tangan partai politik dan politisi, karena partai itu instrumen penting dan tiang demokrasi. Bahwa ada partai dan politisi yang buruk, betul. Kalau kita semua menghindar dari politik, apalagi orang-orang baik cuek terhadap politik dan partai politik, nanti yang tidak baik lah yang akan berkuasa di politik,’’ ujarnya.
Kalau itu yang terjadi, orang-orang baik dan pintar hanya bisa mengeluh tanpa berbuat apa-apa, hingga kurang tepat kalau menyalahkan pihak lain saja. ‘’Mari mulai berperan dan peduli pada 4 pilar kebangsaan ini, dengan membangun karakter seperti kejujuran, disiplin, kerja keras, semangat, kerjasama, dan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama masing-masing,’’ imbuhnya. WD-MD