Istri Perdana Menteri Jepang Bersama Istri Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kunjungi Puri Ubud

Sambung Silahturahmi Budaya Kedua Negara

GIANYAR, MataDewata.com | Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 membawa kebahagiaan dan kehangatan untuk Puri Ubud, Gianyar, Bali yang ditandai kunjungan silahturahmi budaya pendamping delegasi yakni dari Istri Perdana Menteri Jepang (Fumio Khisida), Madam Kishida yang datang didampingi Istri Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Mrs. Yasuko Kanasugi, Senin (14/11/2022).

Disambut langsung Penglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati (Cok Putra) didampingi istri, Tjok Istri Vera Sukawati bersama dua putranya Tjok Gde Agung Ichiro Sukawati dan Cok Gde Anggara Sukawati. Turut menyambut Tjokorda Gde Raka Sukawati (Adinda Cok Putra) Bersama Tjok Gde Bayu Putra Sukawati (Putra Wakil Gubernur Bali, Cok Ace).

Cok Putra menyampaikan junjungan tersebut mengingatkan sejarah panjang hubungan baik antara Bali atas nama Bangsa Indonesia dengan Bangsa Jepang. Dihadapan Madam Kishida beserta rombongan ia menceritakan kisah di awal-awal tahun 80-an dimana Bali kerap mengikuti pameran di Jepang. Hubungan diplomatik dua negara khususnya di bidang seni dan budaya ini ditegaskan berlangsung hingga akhirnya pandemi Covid-19 memaksa banyak agenda harus dibatalkan.

Baca juga :  Bali Tourism Awards 2022 untuk Plataran Canggu dan Plataran Ubud

“Dihadapan Beliau (Madam Kishida, red) saya menceritakan sejak dulu kerap berpameran di Jepang. Bahkan tahun 1986 hampir sebelas ton membawa materi pameran di Tokyo Jepang. Pameran budaya bertema Pesta Kesenian Bali. Disiapkan satu lantai untuk pameran dan pertunjukan. Ada lukisan, patung, tekstil Bali seperti kain endek dan lainnya. Alat-alat dapur tradisional, alat-alat pura tradisional dan alat pertanian seperti tenggala dan sebagainya,” terang Cok Putra.

Mendapat sambutan hangat dari Puri Ubud dan Keluarga, Madam Kishida menyampaikan sangat senang pada kunjungannya di Bali mendampingi sang suami dalam agenda KTT G20 bisa langsung menuju Puri Ubud. Ia juga mengakui kebudayaan Indonesia khususnya Bali memiliki banyak kesamaan dengan Jepang. Tentunya pelestarian budaya dan seni telah didukung adanya kearifan lokal yang kuat menjaga setiap pelestarian dan pengembangan seni.

“Kentalnya tradisional yang menyamakan, karena di Bali budaya melalui kegiatan agama. Di sini juga sangat inovatif dalam cara tampilannya, tidak ada bosan-bosannya bergerak terlebih bagi anak muda. Baik itu tarian, seperti Peed dan Jepang juga begitu inovatif seperti dari cara penyajian makanan. Kita juga sama,” ujar Madam Kishida yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

Baca juga :  Wagub Cok Ace Sampaikan Tren Pariwisata Bali Menuju Green Tourism

Pada kesempatan sama, Tjokorda Gde Raka Sukawati menyampaikan apa yang disampaikan Madam Kishida yang baru pertama kali berkunjung ke Bali dan langsung mengunjungi puri Ubud tentu sudah membaca dan mengetahui banyak hal dari Indonesia dari berbagai referensi. Tentu menurutnya banyaknya kunjungan pejabat dan delegasi dari negara-negara sahabat termasuk Presiden Jokowi dan sederet Menteri sebagai etalase Bali dan Indonesia untuk membangkitkan pariwisata. “Ubud adalah Ubad (obat, red) dan di sini terkenal banyak melahirkan seniman,” terangnya.

Cok Putra dihadapan Madam Kishida juga memaklumi selama pandemi-Covid 19 melanda dunia agenda kolaborasi dan pameran budaya banyak tidak bisa dilaksanakan. Diharapkan ke depan saat kondisi kembali normal kolaborasi jepang dan Bali bisa kembali menggeliat. “Maaf selama Covid ini banyak tidak bisa bergerak, mudah-mudahan di masa yang akan datang semoga banyak yang bisa kita lakukan,” harap Cok Putra.

Baca juga :  Gelar Rapat Kerja, BPPD Bali Sinkronisasi Program Promosi dengan Menparekraf RI

Diakhir kunjungan rombongan berkesempatan menyaksikan para siswa belajar menari di halaman depan Puri Ubud. Hal tersebut juga mengingatkan hubungan baik antara Jepang dan Bali yang sering melakukan kegiatan dan kolaborasi seni. Salah satunya yang berkesan diceritakan saat Cok Putra mengikuti pameran dan pentas seni pada tahun 1992 dengan memboyong seniman anak dan penabuh serta seniman lainnya selama lebih dari sebulan dari Tokyo hingga Fukuoka.

“Masyarakat sudah terbiasa dengan Jepang dan beristri dengan Jepang pun banyak, keluarga juga. Pameran paling seru tahun 1985, ada Bali special section di tingkat Asia Pasifik termasuk Indonesia di sini. Awal-awalnya inilah Wianta saya bawa keluar, Beny, Nuarta. Ada seminar, dari perwakilan negara-negara yang hadir menyatakan Bali itu dekat dengan Jepang salah satunya ditunjukkan para seniman saat menggores di atas kanvas. Saya ke sana mewakili Bali membawa Bendera Merah Putih sendiri dan Bali mendapatkan sepesial section,” tegas Cok putra pada Madam Kishida beserta rombongan yang sebelumnya berkesempatan menikmati hidangan di The Royal Pita Maha. MD-9

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button