Air Bendungan Palasari Surut, Bupati Tamba Ajak Masyarakat Jaga Hutan
JEMBRANA, MataDewata.com | Bendungan Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, merupakan salah satu bendungan terbesar di Bali mengalami penyusutan volume air. Penyusutan air ini, salah satu dampak dari kemarau panjang dan fenomena El Nino yang terjadi. Tidak hanya disebabkan oleh faktor cuaca, namun juga karena faktor alam.
Bendungan Palasari ini memiliki volume air waduk 8 juta meter kubik dan berfungsi untuk irigasi, air baku, dan pariwisata. Dampaknya, pariwisata di areal bendungan saat ini tidak dapat berjalan seperti sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut Bupati Jembrana, I Nengah Tamba tekankan kepada masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam menjaga dan mengawasi hutan. Menurutnya, mengawasi hutan merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.
“Saya pingin sekali disetiap desa ada pagar betis untuk melindungi hutan. Jadi kalau ada yang aneh malam-malam mobil atau apa bisa saja dicegat ditanya apa tujuannya apa lagi bawa alat-alat untuk memotong kayu, ini bagian daripada menjaga,” ucap Bupati usai meninjau langsung bendungan palasari, Jumat (13/10/2023).
Surutnya air bendungan palasari telah berdampak pada ketersediaan air irigasi untuk para petani. Selain itu, juga berdampak pada debit air di sungai-sungai di sekitarnya. Tamba menjelaskan bahwa surutnya air di Bendungan Palasari ini dikarenakan fenomena elnino.
Akan tetapi ketersediaan air di bendungan palasari masih cukup tersedia untuk mengairi subak. Selama ini, dalam kondisi normal bendungan Palasari mampu mengairi sepuluh wilayah subak disekitarnya. “Secara global memang hari ini fenomena elnino sangat tinggi, jadi dimana – mana kering dan ini juga belum dikatakan titik nol. Air masih ada, mungkin 10 hingga 20 persen, menggenang airnya dan masih cukup juga untuk mengairi tiga subak,” jelasnya. Ht-MD