Ida Bagus Bhaskara: Melik Tidak Hanya Sebuah Kutukan atau Anugerah tapi Jadi Modus Penipuan
DENPASAR, MataDewata.com | Mitos Melik terus berkembang dilingkungan masyarakat dan selalu menjadi seksi dalam setiap diskusi, tidak jarang masyarakat menganggap Melik sebagai sebuah anugerah, ada juga yang menganggap Melik kutukan. Bahkan belakangan mitos Melik menjadi modus penipuan. Menurut Ida Bagus Bhaskara Melik tidak hanya sebuah kutukan atau anugerah tapi jadi modus penipuan.
Menanggapi fenomena Mitos Melik yang terus bergulir di lingkungan masyarakat Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama, Seni dan Budaya (BEM FIASB) Universitas Hindu Indonesia (UNHI) melaksanakan acara NGOPI (Ngobrol Pintar) dengan tema “Melik, Kutukan atau Anugerah?” Bertempat di Gedung Ayodya UNHI pada Hari Rabu (10/4/2024), acara NGOPI sukses menghadirkan ratusan peserta baik dari kalangan umum, pemuda dan mahasiswa Hindu.
Antusiasme peserta dalam mengikuti diskusi ini sangat luar biasa begitu banyak pertanyaannya yang dilontarkan oleh peserta, beberapa diantaranya mengaku “Melik” hal ini membuat mereka merasa takut, cemas, bingung dan putus asah bahkan merasa hidupnya merasa tidak lama (mati muda). Hal ini didasarkan atas informasi yang terus menerus bergulir di masyarakat dan tertanam dalam benak dan menimbulkan rasa pesimis bagi mereka yang memiliki tanda-tanda Melik.
Ida Bagus Bhaskara selaku narasumber pada acara NGOPI mengungkapkan bahwa, istilah ‘Melik’ pada umumnya dijumpai dalam beberapa pustaka suci luhur agama Hindu, seperti Siwagama, Pustaka Raja, Pawacak Pati Urip, Parimbon Jawa, dan lain-lain. Melik juga lebih condong kepada bakat istimewa dari kelahiran manusia, oleh sebab itulah Melik tidak selalu buruk dan baik.
“Melik memang selalu menjadi fenomena spiritual unik yang dibahas dan dikuliti dalam masyarakat. Bahkan masyarakat selalu mengidentikkan melik sebagai sesuatu yang menyeramkan karena condong pada anak indigo, cendek tuwuh, sih ing dewa, ngiring sasuhunan, betel tingal, sakti, matimpal gamang (berteman dengan makhluk astral), bahkan demenin leak (disukain leak). Padahal Melik secara lebih holistik lebih condong pada bakat istimewa kelahiran manusia berdasarkan ciri fisik, bisa niskala dan dipercaya dapat memberikan pengaruh buruk atau baik untuk kehidupan,” jelas Ida Bagus Bhaskara.
Lebih lanjut Ida Bagus Bhaskara menegaskan bahwa Melik tidak hanya menjadi Kutukan atau Anugerah melainkan berkembang menjadi penipuan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya Melik sesungguhnya terdapat beberapa jenis mulai dari Melik Ceciren yang didasarkan pada tanda lahir, Melik Pawetonan yang didasarkan pada waktu kelahiran, serta Melik Adnyana atau Widi yang bersumber dari kelahiran suci, keturunan pemangku, sulinggih, atau balian. Oleh sebab, ia menyarankan agar masyarakat tidak mudah mengecap dirinya sendiri atau orang lain Melik.
“Pada hakikatnya, semua Melik bisa mendatangkan pengaruh ala (buruk) atau ayu (baik) dalam kehidupan. Namun tidak jarang, Melik di era saat ini justru dijadikan media oleh beberapa oknum untuk melakukan penipuan, mencari perhatian, bahkan menebar ketakutan. Oleh karena itu, hal ini perlu diluruskan dengan Sraddha dan Bhakti, serta dilakukan pariksa, wacak weton, dan bathin yang mendalam agar tidak sembarangan mencap diri atau orang lain Melik,” tegasnya.
Sebagai Closing Statement, Ketua BEM FIASB dan Ketua PC KMHDI Denpasar, Ade Fernanda dan I Dewa Gede Darma Permana, mengutarakan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berkenan hadir. Mereka berharap, diskusi kali ini bisa menjadi media pelurusan pengetahuan bagi masyarakat. Sementara itu, tindak lanjut kegiatan diskusi kali ini berupa pembuatan tulisan.
“Terima Kasih kami haturkan kepada Bapak/Ibu dan rekan-rekan yang telah berkenan hadir di acara sederhana kami. Tidak menyangka acara bisa membludak dihadiri oleh ratusan peserta. Semoga acara ini bisa menjadi pelurusan pengetahuan bagi generasi muda dan masyarakat,” ujar Ketua BEM FIASB Ade Fernanda.
“Tentu bersyukur bisa menghadirkan ruang dialektika yang hangat dan semarak. Kedepan hasil diskusi ini akan kami buatkan tulisan sebagai media literasi. Kami juga terbuka untuk menghadirkan diskusi kolaborasi kembali untuk bersama-sama dengan organisasi lainnya dalam menyebarkan pengetahuan,” ujar Ketua PC KMHDI Denpasar, I Dewa Gede Darma Permana sekaligus menutup diskusi. ON-MD