JBTAC Perkuat Olahraga Warisan Leluhur Nusantara Panah Tradisional Jemparingan
Panah Tradisional: Prestasi atau Rekreasi?
DENPASAR, MataDewata.com | Indonesia memiliki ragam potensi olahraga tradisional yang tidak kalah dengan olah raga modern. Bahkan terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan jenis olahraga tradisional Nusantara yang hampir terlupakan. Peran dari para pecinta olahraga tradisional ini sangat penting dalam merevitalisasi, mewadahi dan mensosialisasikannya kepada khalayak umum.
Salah satu olahraga tradisional warisan leluhur Nusantara adalah Panah Tradisional Jemparingan. Olahraga tradisional peninggalan Keraton Mataram ini tampak mulai menggeliat dan mulai dikenal oleh khalayak nasional dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Tidak hanya di DIY Yogyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya, peminat Panah Tradisional Jemparingan mulai menyebar termasuk di Bali.
Salah satu club panah di Bali yang aktif menggelar pelatihan maupun lomba panah tradisional adalah Jepun Bali Traditional Archery Club (JBTAC) yang bermarkas di Istana Taman Jepun, Tanjungbungkak, Kota Denpasar. JBTAC pada Minggu, 11 Desember 2022 menggelar Perlombaan Panah Tradisional Jemparingan akhir tahun serangkaian memperingati hari Natal dan Tahun Baru.
Diikuti 50 peserta yang terbagi dalam kategori anak-anak putra-putri dengan jarak target 10 dan 20 meter, kategori remaja dan dewasa putra-putri dengan jarak target 30 meter.
Menurut Pendiri JBTAC, Anak Agung Anom Giri, Panah Tradisional Jemparingan berbeda dengan panah modern. “Mulai dari posisi yang harus duduk bersila, jarak target: anak-anak 10-20 meter dan dewasa 30 meter. Peralatan panah harus dari kayu, baik busur maupun anak panah, serta target berupa bandulan (berbentuk silinder panjang kurang lebih 30 cm, red) dan terdapat perpaduan olah rasa antara konsentrasi-disiplin, tenaga-teknik, kemauan serta keberuntungan,” terangnya.
Anom Giri berharap dengan rutin menggelar lomba, Panah Tradisional Jemparingan akan semakin dikenal dan dicintai oleh khalayak. Mengingat Panah Tradisional ini sangat terbuka bagi lintas generasi, karena selain melatih jasmani juga untuk berkonsentrasi. “Sebenarnya melalui Panah Tradisional Jemparingan terdapat dua unsur utama yang prospektif kedepannya. Pertama sebagai ajang prestasi, karena Panah Tradisional Jemparingan memiliki event nasional dan sebagai rekreasi yaitu Panah Tradisional Jemparingan sudah diakui oleh KORMI (Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia),” jelasnya.
Anom Giri mengakui, untuk di Bali masih menemui beberapa kendala dalam pengembangan Panah Tradisional Jemparingan seperti dukungan dari stakeholder dan sosialisasi yang harus rutin dilaksanakan untuk menumbuhkan kecintaan kepada warisan tradisi Nusantara. Kendati demikian pihaknya optimis peluang pengembangan panah tradisional dan jenis permainan tradisional Nusantara yang lain seperti Balogo, Ketapel maupun Tulup berpotensi sebagai pengembangan sport tourism ke depannya. Hp-MD