Sudirta Perkuat Konsensus Kebangsaan di Hadapan Mahasiswa dan Pengurus PHDI Bali

DENPASAR, MataDewata.com | Menghadapi berbagai ancaman terhadap ideologi Pancasila, Konstitusi UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, Anggota MPR RI dari Dapil Bali, I Wayan Sudirta, SH, MH., mengajak mahasiswa, tokoh agama Hindu dan pengurus PHDI Bali untuk tidak sampai lengah menjaga 4 Konsensus Dasar Kebangsaan Indonesia. Sebagai hasil penggalian (pemikiran) para pendiri bangsa dan diwariskan sebagai nilai-nilai kebangsaan kepada penerus bangsa. Karena, nyatanya sudah jelas ada ancaman terhadap 4 konsensus itu, dari kelompok-kelompok radikal.
Menyusup di berbagai elemen bangsa, seperti di perguruan tinggi, birokrasi, maupun kalangan sipil dan militer lainnya. Hal itu ditegaskan Sudirta dalam sosialisasi 4 konsensus kebangsaan MPR RI, Selasa (9/8/2022) di Gedung PHDI Bali-Denpasar. Hadir Ketua PHDI Bali, Nyoman Kenak, SH.., beserta beberapa pengurus, selain mahasiswa, advokat, perangkat desa dan tokoh lainnya.

Sudirta menyitir Pidato Bung Karno tentang “Lahirnya Pancasila” di depan Dokuritsu Junbi Tyoosakai pada 1 Juni 1945 yang isinya: Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram menunjukkan kejayaan yang dimiliki wilayah Nusantara dan pada waktu itu sejarah mencatat bahwa wilayah Nusantara berhasil dipersatukan dan mengalami kemakmuran yang dirasakan seluruh rakyat. Mengenai sejarah Nusantara ini, Bung Karno pernah menyampaikan bahwa:
“Kita hanya dua kali mengalami nationale staat, yaitu di jaman Sriwijaya dan di jaman Majapahit….nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri di jaman Sriwijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama’’, Sudirta mengingatkan dengan pertanyaan,’’Sampai kapan NKRI bertahan, itu tergantung dari seberapa kuat anak-anak bangsa Indonesia menjaga 4 konsensus dasar kebangsaan ini, selain nilai-nilai bersejarah seperti Sumpah Pemuda tahun 1928, juga adanya sejumlah raja-raja yang menyerahkan kerajaannya untuk mengakui berdirinya NKRI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945,’’ katanya.
Sudirta juga mengingatkan mahasiswa, jangan sampai Indonesia bernasib seperti negara-negara yang hancur oleh perang, seperti Irak, Libia, beberapa negara Timur Tengah, yang porakporanda, dimana salah satu penyebabnya adalah karena radikalisme. Mari jaga Indonesia, agar menjadi negara yang semakin maju, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa. Walaupun jumlah kelompok radikal relatif kecil, tetapi karena mereka militan dan sistematis,bilamana orang-orang pintar yang cinta 4 Konsensus Kebangsaan RI ini tidak melakukan tindakan nyata.
Mengimbangi ancaman radikalisme itu dengan militansi yang sama kuatnya dengan para pendiri bangsa ketika menghadapi kolonialisme di masa-masa revolusi, ceritanya bisa beda. Pendek kata, jangan melupakan sejarah, jangan melupakan jasa-jasa para pahlawan kemerdekaan, dan mesti dengan tindakan nyata, bagaimana mengisi kemerdekaan RI ini dengan membenahi apa yang kurang sepanjang perjalanan kemerdekaan ini. “Saya mengingatkan, generasi muda mesti menyadari potensi ancaman terhadap konsensus kebangsaan ini masih ada, dan kewajiban kita untuk menjaganya secara berkelanjutan,’’ kata Sudirta. Pw-MD