Bulan Bung Karno, Sudirta: Waspadai Infiltrasi Kelompok Radikal

Paparkan 4 Konsensus Kebangsaan

DENPASAR, MataDewata.com | Sembari merayakan hari lahir Pancasila 1 Juni dan Bulan Bung Karno Juni 2022, Anggota MPR RI yang juga Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Wayan Sudirta, mensosialisasikan lagi 4 konsensus kebangsaan, yakni dasar negara Pancasila, konstitusi UUD NRI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Bhinneka Tunggal Ika, di hadapan mahasiswa UHN (Universitas Hindu Negeri) I Gusti Bagus Sugriwa, bertempat di Sekretariat PHDI Denpasar, Kamis (9/6)2022).

Walaupun terdengar klise dan mengulang-ulang, Sudirta menyebutkan bahwa ancaman terhadap dasar negara Pancasila masih ada. Karena walaupun organisasi radikal sudah dibubarkan, nyatanya orang-orang yang berpikiran radikal dan ingin mengganti Pancasila dengan ideologi agama tertentu masih nyata ada. Faktanya, beberapa hari lalu ada sejumlah kelompok mendatangi DPRD di beberapa daerah mendeklarasikan sistem kilafah untuk Indonesia.

Karena itu, Sudirta mengajak para mahasiswa yang hadir dalam sosialisasi 4 konsensus dasar kebangsaan ini, tidak hanya berpikir akademis, tanpa memperhatikan masa depan bangsa dan negara, termasuk agar mahasiswa tidak alergi terhadap partai politik. Karena, partai politik merupakan instrumen penyalur aspirasi rakyat dan tokoh-tokoh yang memimpin negara dan bangsa, lahir dari kancah partai politik. Mahasiswa dapat memulainya dengan aktif di organisasi kemahasiswaan maupun organisasi lain yang punya visi dan misi, bagaimana memperkuat integritas pribadi, kejujuran, keberanian, selain meningkatkan kualitas keilmuan.

Dalam perkenalan awal, Putu Wirata Dwikora yang menjadi moderator sosialisasi menjelaskan sosok Wayan Sudirta, yang lahir di Desa Pidpid, 20 Desember 1950, dari ayah yang seorang Kepala Dusun, merangkap Kelian Banjar dan Kelian Dadia. Sudirta lahir 24 bersaudara, dari ayah yang mengawini 3 istri. Setamat dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, Sudirta merantau ke Jakarta, bergabung di Kantor LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Jakarta yang dipimpin Adnan Buyung Nasution SH (almarhum), seorang advokat kritis pemberani dan menentang sikap otoriter pemerintahan Orde Baru.

Ucp-MD-GK-WS//8/2022/fm

Tak lama di LBH, Sudirta membuka kantor sendiri, dan secara ekstrem bertekad untuk menjadi sukses atau mati. Rupanya, hanya tiga tahun berpraktek sebagai advokat, dari honorariumnya Sudirta sebetulnya sudah memiliki uang yang cukup untuk beaya keluarga termasuk menyekolahkan anak-anak untuk seumur hidup. Padahal, sebagai advokat, di tahun 1970-an itu Sudirta sudah memilih sikap untuk tidak mau menangani perkara korupsi, narkoba, pembunuhan dan perceraian.

Setelah membuka kantor cabang di Denpasar pada tahun 1990-an, Sudirta mendirikan berbagai lembaga, diantaranya LSM Bali Corruption Watch (BCW) yang bergerak di bidang anti korupsi bersama ICW Jakarta. Tahun 2004-2014, reformasi membawanya menjadi Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) untuk dua periode. Di pemilihan periode ketiga, ia gagal ke DPD RI. Lalu ditambah dua kali kegagalan dalam pertarungan Calon Bupati Karangasem.

Namun, ujar Sudirta, kekalahan itu bukanlah kegagalan, tetapi pembelajaran tentang praktek politik, yang sama sekali merupakan dunia baru bagi seorang aktivis yang berpraktek sebagai advokat. Lalu tahun 2019, atas dorongan Teten Masduki, Direktur ICW yang sudah gabung di PDI Perjuangan, Sudirta akhirnya masuk partai, duduk di Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, dan melenggang ke DPR RI.

Di partai nasionalis itulah kini Wayan Sudirta mendapat tugas dan peran baru. Pertama sebagai salah seorang pengacara Ahok Basuki Tjahaya Purnama yang didakwa menista agama Islam, lalu membela Pemerintah menghadapi gugatan HTI di PTUN Jakarta, serta membela Jokowi-Makruf Amin dalam sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi. Di partai, selain menjadi Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, di pusat selama setahun Sudirta dipercaya menjadi Ketua Sekolah Partai lalu bergeser ke Wakil Kepala Sekolah Partai, juga tugas sebagai Wakil Kepala Badiklatpus dan Ketua Tim Pembela PDI Perjuangan.

Dengan paparan itu, Sudirta mengajak mahasiswa menggantungkan cita-cita setinggi langit, seperti Bung Karno. Sudirta bahkan sempat mendata para mahasiswa yang indeks prestasinya (IP) 3,5 keatas diberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas, bersama-sama aktif dalam program-programnya sebagai anggota DPR RI, misalnya di masa reses. ‘’Nanti silakan rajin berkomunikasi dengan Tim dan Relawan kami, bagaimana kita bisa turun ke masyarakat dan menyerap aspirasi mereka. Salah satu program kami adalah, kunjungan penyandang disabilitas di seluruh Bali, membawa bingkisan kecil, sebagai kepedulian pada mereka,’’ kata Sudirta. Pw-MD

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button