Juli, “Stray Dogs Feeder” Tak Ingin Menyerah
DENPASAR, MataDewata.com | Memberi makan dan merawat anjing liar di Bali adalah masalah yang sangat kompleks, satu hal yang menjadi permasalahan adalah jumlah anjing liar di Bali yang cukup tinggi, sementara tidak semua shelter bisa menampung anjing-anjing liar tersebut bahkan ada beberapa shelter yang memilih-milih anjing mana yang mau ditampung atau dirawat dengan alasan lahan dan tempat penampungan sudah penuh. Belum lagi sulit membedakan apakah seekor anjing dijalan adalah benar-benar anjing liar atau milik penduduk sebab kadang-kadang sulit dibedakan.
Juliani (45 thn), wanita asal Jembrana yang sudah lebih dari 10 tahun memberi makan dan menampung anjing dan kucing liar di jalan mengisahkan bagaimana suka dan dukanya menampung dan merawat anjing dan kucing tanpa pilih kasih, mengorbankan kehidupannya untuk hewan yang kadang hanya dicintai sesaat, setelah itu dibuang dan ditelantarkan begitu saja dan cinta hanya sampai disitu.
Juliani menceritakan awal memelihara seekor anjing pemberian temannya, namun kemudian hewan kesayangannya tersebut sakit terserang virus dan Juliani berusaha merawat tetapi tetap tidak mampu menyelamatkan dan anjing kesayangannya tersebut mati.
“Dari kejadian itu saya sampai tiga hari tidak makan, saya menangis dan setiap bertemu anjing dijalan, ingin sekali saya merawat,” ujar Juli sapaan akrabnya disela-sela kegiatannya memberi makan terhadap anjing yang ia tampung pada Senin (7/11/2022).
Tinggal disebuah lahan yang menurut penuturannya milik Kampus Universitas Udayana (Unud), Juliani menjelaskan bahwa saat ini ia sedang menampung sebanyak 20 ekor anjing dan 25 ekor kucing, sementara diapun memberi makan anjing liar dibeberapa areal semak disekitar tempatnya tinggal yang total jumlahnya mencapai sekitar 130 ekor.
“Dari jumlah tersebut saya biasa menghabiskan 2 sak makanan mereka, malah kadang-kadang tidak cukup, Kadang kalau tidak ada stok makanan, saya terpaksa meminjam uang dari keluarga dan teman,” ujarnya.
Biaya dari upayanya menampung dan memberi makan anjing dan kucing liar ia dapat dari sumbangan teman-teman dekatnya karena sebagai pelaku perorangan, ia kesulitan mengajukan proposal resmi karena tidak ada legalitas yang ia miliki.
Kendalanya, bahwa lahan milik Unud yang ia tempati sudah akan dibangun kampus yang baru menurut informasi yang ia dapatkan, sehingga mau tak mau ia harus segera pindah ketempat lain sementara ia belum memiliki biaya dan lahan yang baru. Ia dan keluarganya sudah menempati lahan tersebut sejak puluhan tahun silam, ia tidak ingat tepatnya sejak kapan.
“Kami menempati lahan ini sudah turun-temurun, bahkan mungkin sebelum pihak kampus memiliki lahan ini. Tapi kami harus pindah karena sudah tidak dibolehkan lagi,” katanya.
Ia berharap pihak kampus bisa memberi keringanan, atau ada lahan lain yang ia bisa tempati agar ia tetap bisa menampung anjing dan kucing yang jauh dari pemukiman. Ia membandingkan warga lain yang mengalami hal yang sama yakni pindah karena lahan yang mereka tempati akan digunakan oleh kampus mendapat santunan sementara ia dan keluarganya tidak mendapat sama sekali.
Ia juga berharap suatu saat iapun bisa memiliki Yayasan sebagai payung hukum kegiatannya, dan menanti ada dermawan yang mau membantu. Untuk menghubungi Juliani silahkan menghubungi nomer ponselnya di +6285737273722
“Saya tidak muluk-muluk, saya jalani saja. Saya tidak mau menyerah, kalau niat saya baik, pasti akan ada yang membantu,” tutupnya. Ade-MD
Link dokumentasi kegiatan di Youtube: https://youtu.be/HYZce_qzUtY