Direktur Rumah Sakit, The Real Devotion in Life
Pengabdian Sejati Dalam Hidup
Oleh: Dr. Gede Bagus Dharmayasa, M. Repro.
DENPASAR, MataDewata.com | Bagi beberapa orang yang melihat, pekerjaan menjadi Direktur Rumah Sakit merupakan pekerjaan yang di idam-idamkan semua orang. Namun pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Untuk menjadi seorang Direktur Rumah Sakit, dokter tidak hanya harus bisa mengelola Rumah Sakit, namun juga harus bisa memahami seluk beluknya.
Saya selalu menganggap bahwa menjadi Direktur Rumah Sakit, kita harus memiliki pola pikir bahwa rumah sakit adalah rumah kita sendiri, yang untuk mengelolanya perlu dengan rasa untuk memiliki. Hal ini menurut pengalaman saya sesuai dengan definisi yang dikeluarkan oleh Permenkes No: 3 Tahun 2020, yang mana “Kepala atau direktur rumah sakit dan pimpinan unsur pelayanan medik di rumah sakit harus seseorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, dan/atau pengalaman bekerja di rumah sakit”.
Menurut pandangan saya, Pimpinan Rumah Sakit yang baik adalah Direktur Rumah Sakit yang hanya bekerja atau memiliki jabatan pada satu Rumah Sakit saja. Hal ini karena menjadi pimpinan Rumah Sakit kita harus fokus dan setia pada satu rumah sakit. Sebagai Pimpinan Rumah Sakit, kita harus tahu mulai dari keluhan dan ketidaknyamanan yang di utarakan oleh pasien, kebocoran di RS, kebutuhan tabung oksigen, dan tidak semata semata semuanya bergantung pada laporan dari wakil. Menjadi pimpinan rumah sakit kita harus bisa melakukan sidak follow up kepada pasien, di ruang ruangan, menanyakan tentang bagaimana proses pelayanan di rumah sakit sebagai feedback kembali ke Rumah Sakit.
Pimpinan Rumah Sakit juga harus update tentang perkembangan zaman, seperti salah satu contohnya penggunaan IT dalam pembuatan rekam medis online yang terintegrasi. Dalam pengalaman saya selama ini menjabat sebagai Pimpinan Rumah Sakit, saya menemukan bahwa penting sekali untuk menekanan kepada teman sejawat tentang pentingnya regulasi Rumah Sakit dan rasa mawas diri akan kebijakan kebijakan baru di Rumah Sakit.
Hal ini guna membuat Rumah Sakit menjadi semakin maju, dan semakin baik dalam menawarkan jasa pelayanan kepada pasien. Sebagai pimpinan RS, direktur harus menjadi sosok yang dinamis dalam artian harus mau untuk tahu tentang seluk beluk rumah sakit secara detail seperti toilet, limbah kesehatan, laundry, CSSD, dan genset rumah sakit. Sebagai pimpinan rumah sakit kita harus aktif menanyakan “Why?”, tidak hanya menerima laporan saja.
Apalagi di era pandemic seperti sekarang ini setiap Rumah Sakit seolah olah ditantang dalam menjaga kebersihan dan sterilitas dari Rumah Sakit. Hal ini tentu menjadi suatu poin yang penting dimiliki oleh Rumah Sakit sebagai daya saing kedepannya. Menurut saya, kebersihan merupakan poin yang penting yang perlu dipadukan dengan talenta seni, hal ini guna untuk membuat suasana Rumah Sakit menjadi bersih dan welcoming terhadap pasien. Seni juga perlu untuk memberikan rasa nyaman bagi pasien sehingga Rumah Sakit tidak memiliki kesan yang terlalu kaku dalam proses pelayanan sehari harinya.
Namun yang paling penting dalam proses pelayanan sehari hari adalan hubungan komunikasi antara dokter dengan pasien yang harus dijaga. Bahkan bila perlu sebagai direktur, kita bisa melayani pasien guna memberikan rasa nyaman dan kepercayaan terhadap pasien. Saya sering berpikir bahwa Direktur Rumah Sakit adalah cerminan dari image Rumah Sakit, masing masing Direktur memiliki cita rasa sendiri masing masing. Cita rasa dari Direktur inilah yang membuat masing masing Rumah Sakit memiliki keunikan masing masing yang menjadi ciri khas. Ciri khas dari rumah sakit inilah yang menjadi pekerjaan Direktur Rumah Sakit menjadi suatu devotion yang menyisipkan sebagian esens dari seorang Direktur ke dalam Rumah Sakit. GBD
Penulis (dr. Bagus) adalah Dirut RS Puri Raharja (Sebelumnya pernah menjabat Dirut RS Jiwa Bangli dan RS Bali Mandara).