Tendensius dan Adu Domba, Gayatri Mantra Seret Gubernur, Prof. Wita dan “Dulang Mangap”
DENPASAR, MataDewata.com | Status Gayatri Mantra di akun Facebooknya menyebut seolah-olah ada yang menuduh Gubernur Bali menggerakkan ‘’soroh’’ lalu menuding bahwa yang memainkan isu soroh adalah Prof. Wita dan ketemu Bupati Badung serta yang disebutnya ketemu adalah ’’Dangap dangap’’, sangat tendensius.
‘’Status seperti itu nyata-nyata membenturkan Gubernur dengan aormas Hindu yang dipimpin Prof. Wita serta Jagabaya Dulang Mangap kalau ditafsir itulah yang dimaksud Gayatri Dangap Dangap,’’ kata Made Arka, S.Pd.,M.Pd., generasi muda yang juga Sekretaris di PHDI Kota Denpasar menanggapi status Gayatri Mantra di Facebook.
Dalam statusnya, Gayatri Mantra menulis: “Gubernur Bali difitnah katanya menggerakkan soroh. Pedalem Gubernur yang kerja bela masyarakat Hindu Bali melawan perusuh daerah…
“Siapa orang yang menuduh Gubernur menggerakkan soroh? Tunjuk langsung. Jangan sembarangan membawa-bawa nama Gubernur, nama Prof. Wita yang ketua MGPSSR dan Jagabaya Dulang Mangap dalam narasi saudara dan secara halus mempertentangkannya. Status saudara bisa menjadi insinuatif dan provokatif kalau mindsetnya seperti saudara,” cetus Arka.
Arka menegaskan sikap organisasi Pesemetonan MGPSSR dan Jagabaya Dulang Mangap searah dengan AD ART PHDI Mahasabha 2016, sama sekali dalam menggerakkan soroh. Tapi mereka hadir sebagai organisasi ini bernafaskan Hindu, yang diayomi oleh PHDI. Keberadaan MGPSSR, Dulang Mangap, dan belasan organisasi bernafas Hindu lainnya, adalah organisasi bernafaskan Hindu, visi dan misinya berkaitan dengan penguatan umat Hindu. Jadi sejalan dengan PHDI.
Pesemetonan termasuk MGPSSR juga selalu bergandengan mencari solusi untuk pelayanan umat Hindu. Salah satu contoh, ketika Semeton Pasek bersengketa soal yang dimulai ketika Ida Mpu Pasek dilarang ‘’mepuja ring bale pawedan’’ di Pura Dasar Bhuwana Gelgel, Klungkung, dan akhirnya Semeton Pasek membangun Pura Mundukdawa, Komunikasi Semeton Pasek dengan PHDI sangat intens. “Jadi keberadaan dan jalinan kerjasama PHDI dengan pesemetonan Hindu seperti Semeton Pasek bukan dalam mind set soroh dan memainkan soroh,” imbuh Arka.
Begitu juga, kumpulnya pesemetonan di PHDI nampak dari pengurus di Sabha Pandita, Sabha Walaka dan Pengurus Harian yang berasal dari lintas Semeton Hindu, dan bersama-sama bahu membahu membangun Hindu dalam semangat persaudaraan. Di pesemetonan, mereka meningkatkan sradha Hindu secara interen, tetapi begitu duduk di PHDI, perspektif dan mind-setnya adalah kepentingan umat Hindu keseluruhan.
“Bagi yang apriori pada klarifikasi kami dan terus menerus melontarkan narasi negatif dan mendukung MLB, abaikan saja klarifikasi kami. Kalau percaya Gayatri Mantra silakan. Tapi, kami berkewajiban menyampaikan narasi dengan mindset positif, dan membeber jejak keberadaan Pesemetonan termasuk MGPSSR dan Prof. Wita bukan tipe sektarian yang memperalat Semeton Pasek. Dua tahun narasi kebencian bertebaran, kami hanya klarifikasi dan tidak ikut tebar kebencian dan provokasi Gayatri Mantra tendensius dan adu domba,’’ katanya.
‘’Janganlah coba menyeret Gubernur Bali untuk dipertentangkan dengan tokoh-tokoh Hindu seperti Prof. Wita dan MGPSSR, dengan Jagabaya Dulang Mangap, apalagi terkesan melecehkan dengan menyebut ‘’Dangap-dangap’’. Pernyataan seperti itu bisa menjadi penghinaan dan bisa dipidanakan,’’ tutup Arka. Dk-MD