Sekda Alit Wiradana Tutup Rare Angon Festival
23 Negara Ikut Meriahkan Festival Layang-Layang Internasional

DENPASAR, MataDewata.com | Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Denpasar, I.B. Alit Wiradana secara resmi menutup Rare Angon Festival yang diselenggarakan oleh Komunitas Rare Angon dari tanggal 31 Juli hingga 3 Agustus 2025 di Pantai Mertasari. Penutupan festival ini berlangsung meriah pada Senin (4/8/2025) malam di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar.
Acara penutupan ditandai dengan penyerahan piagam kepada 23 negara peserta oleh Sekda Alit Wiradana, serta penyerahan piala bergilir kepada para juara lomba layangan Janggan kategori Dewasa, Bebean dan Pecukan. Dalam kesempatan itu, Sekda Alit Wiradana menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Rare Angon Festival yang dinilai telah mengharumkan nama Kota Denpasar dan Bali di kancah internasional.
“Untuk itu, saya atas nama Pemerintah Kota Denpasar mengucapkan terima kasih kepada Komunitas Rare Angon yang telah menggelar event ini. Festival ini menjadi simbol pelestarian nilai-nilai luhur budaya Bali serta wahana edukasi dan hiburan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan mancanegara,” ujar Alit Wiradana.
Ketua Panitia Rare Angon Festival, Gede Eka Surya Wirawan menjelaskan bahwa festival ini diikuti oleh peserta dari 23 negara. Selama empat hari pelaksanaan, rangkaian kegiatan festival tidak hanya diisi dengan kompetisi layangan tradisional, tetapi juga atraksi layangan balon berisi lampu yang dilangsungkan pada malam hari, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
“Di hari kedua, peserta dari 23 negara ikut serta dalam atraksi malam menerbangkan layangan balon berlampu yang memikat antusiasme masyarakat. Bahkan, karena tingginya permintaan, atraksi ini kembali digelar pada hari terakhir festival,” jelasnya.
Ia menambahkan, ke depan pihaknya berharap kegiatan pelayangan tidak lagi dipandang sebelah mata. “Jangan hanya dilihat dari sisi kemacetan atau insiden. Mari berkoordinasi bersama karena ini bagian dari budaya, tradisi, dan hiburan masyarakat Denpasar dan Bali,” imbuhnya.
Untuk semakin memeriahkan suasana, Rare Angon Festival juga menghadirkan pertunjukan Baleganjur, penampilan Kober, serta live music gratis sebagai hiburan bagi masyarakat. Dengan berakhirnya Rare Angon Festival 2025, ia dan Komunitas Rare Angon berharap ajang ini dapat menjadi agenda tahunan berskala internasional yang terus berkontribusi dalam promosi budaya dan pariwisata Bali di mata dunia
Salah satu peserta dari Jerman, Wolfgang Bieck, bersama rekannya Monghi, menyampaikan kekagumannya terhadap budaya gotong royong masyarakat Bali. Ia menilai bahwa semangat kebersamaan dalam menerbangkan satu layangan menjadi daya tarik tersendiri.
“Saya sangat kagum dengan budaya gotong royong di Bali. Menaikkan satu layangan dilakukan bersama-sama. Hal ini sangat menarik dan menyentuh hati peserta dari negara lain,” ungkapnya. Ia juga mengaku senang bisa mengenal lebih dekat budaya Bali dan Indonesia melalui ajang Rare Angon Festival ini. Ayu/Hd-MD