Universitas Udayana Selenggarakan Seminar Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali
DENPASAR, MataDewata.com | Universita Udayana (Unud) selenggarakan Seminar Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali dalam Pengendalian Demam Berdarah bertempat di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kampus Unud Denpasar, Kamis (30/11/23). Seminar dibuka secara resmi oleh Rektor yang dalam kesempatan ini diwakili Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P., IPU, dan dihadiri dosen, mahasiswa Unud, Dinas Kesehatan se-Bali, serta perwakilan universitas negeri dan swasta di Bali.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih belum terkendali di Bali. Tingkat kejadian tercatat antara 200-500 kasus setiap tahun. Data yang tak tercatat atau tidak dilaporkan dapat lebih banyak lagi. Prosentase yang meninggal sebanyak 5% hingga 30%, atau antara 10-150 orang setiap tahun. Kini, ada inovasi telur nyamuk yang membawa Bakteri Wolbachia dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian serta pengeluaran biaya perawatan dan kehilangan tenaga kerja selama sakit. Inovasi baru ini telah terbukti efektif dan aman dan Wolbachia juga bukan hasil rekayasa genetika.
Untuk memberikan kajian akademik demi ketenangan masyarakat, Rektor Universitas Udayana berinisiatif membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Ahli Kajian Inovasi Nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia. Kelompok kerja itu mempunyai keahlian beragam dari mikrobiologi, virologi, entomologi, kesehatan masyarakat, dan biologi.
“Unud harus berperan penting dalam kajian teknologi ini, Universitas Udayana merasa terpanggil untuk mengambil peran dalam pengendalian demam berdarah yang membutuhkan biaya sangat tinggi, makanya kita akan diskusikan di sini,” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Rai Maya Temaja.
Wolbachia digunakan dalam kontrol vektor, terutama nyamuk yang menyebarkan penyakit seperti DBD dengan cara: (1) Cytoplasmic Incompatibility (CI) sehingga embrio nyamuk mati; (2) Feminisasi dan Parthenogenesis yang dapat meningkatkan jumlah betina dalam populasi, meningkatkan potensi penularan Wolbachia; (3) Konkurensi Galur yang lebih unggul dalam memanipulasi reproduksi inang atau memiliki dampak positif pada kelangsungan hidup inang dapat mendominasi dalam suatu populasi dan Mekanisme Penekanan Patogen yaitu menghambat replikasi virus.
Agar tidak meresahkan, informasi tentang teknologi ini harus dijelaskan. Wolbachia bakteri alami yang sudah ditemukan di Indonesia yang mungkin juga ada pada nyamuk di Bali. Bakteri ini hidup pada berbagai spesies nyamuk dan serangga yang bersifat “Obligate Endosymbionts”, hanya hidup dalam tubuh nyamuk, dan hanya bisa berpindah dari induk nyamuk ke keturunannya melalui telur, perpindahan antar nyamuk tidak mungkin terjadi.
Sementara itu Ketua Task Force Unud untuk Kajian Inovasi Nyamuk ber-Wolbachia sebagai upaya pengendalian DBD di Bali, Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, Dr.PH. menyampaikan Universitas Udayana sebagai salah satu universitas tertua dan terbesar di provinsi Bali perlu berperan dalam memberikan pandangan akademik terhadap inisiasi implementasi metode wolbachia sebagai upaya pengendalian DBD di Bali.
Untuk itu, perlu dilakukan sebuah diskusi tentang situasi demam berdarah dengue di Bali, tinjauan kritis terhadap pelaksanaan metode Wolbachia dalam pengendalian dengue di Bali dan mempelajari pelaksanaan metode ini dalam konteks Jogja dan di 14 negara yang telah menerapkan metode ini. Diskusi ini diharapkan dapat memberikan pandangan akademis yang kritis terhadap pelaksanaan metode Wolbachia di Bali.
Dalam program penanggulangan DBD di Bali, teknologi Wolbachia untuk penanggulangan Dengue menggunakan nyamuk Aedes Aegypti yang telah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia, lalu telurnya diletakkan di rumah-rumah penduduk agar kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti di alam. Hasil Randomized Controlled Trial (RCT) di beberapa daerah di Yogyakarta sejak tahun 2011 dan pada tahun 2020 menunjukkan efektivitas implementasi metode Wolbachia hingga terjadi penurunan kasus DBD sampai 77% dan penurunan angka masuk rumah sakit sampai 86%.
Dalam seminar ini menghadirkan beberapa pembicara yakni dari Kementrian Kesehatan Indonesia di Jakarta Dr. Sang Gede Purnama SKM, MSc, dr. Putu Ayu Asri Damayanti, S.Ked., M.Kes., Prof. Cameron Simmons dari World Mosquito Program, dr. Iris Andono Ahmad, MPH.,PhD dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, serta Prof. Dr. drh. Gusti Ngurah Kade Mahardika dan Prof. dr Pande Putu Januraga, M.Kes, Dr.PH., dari Universitas Udayana. Ud-MD