Dijadikan Private Collection, Agung Abady Tidak Jual Lukisan yang Dikembalikan Sumerta Gallery

GIANYAR, MataDewata.com | Merasa dilecehkan oleh salah satu galeri lukisan yang ikut ia bantu “Kasi Makan” hingga tumbuh menjadi pusat penjualan lukisan terbesar di Ubud. Pelukis Anak Agung Gede Agung Narmada Abady masih menyimpan lukisan karyanya yang dikembalikan oleh pihak galeri yang ia bubuhi kalimat mewakili rasa kekecewaannya.

Hal ini terungkap saat wartawan MataDewata.com berkunjung ke kediamannya di Puri Gede Kamasan, Sibang, Senin (1/2/2021). Agung Abady sapaan akrabnya menjelaskan, peristiwa yang membuat dirinya kecewa berawal saat pameran lukisan (Pameran Terbuka by Agung Abady) yang ia gelar 24 tahun silam di areal persawahan Desa Tanggayuda, Ubud.

Saat itu dikatakannya salah satu pemilik galeri lukisan yang sering membeli karyanya justru setelah mengaku membeli tiga lukisan dalam pameran tersebut, berakhir dengan pengembalian sebuah lukisan tanpa alasan jelas. Setelah menerima kembali lukisan itu, Agung Abady berusaha untuk mempertanyakan maksud kenapa satu dari tiga lukisannya tidak jadi dibeli namun tidak kunjung bisa dikonfirmasi.

Buntut dari kejadian itulah ia lalu menulis kalimat yang mewakili kekecewaan hatinya sebagai seorang seniman yang merasa tidak dihargai oleh pemilik galeri yang secara tidak langsung telah ia beri keuntungan dalam menjual lukisan kepada masyarakat maupun wisatawan mancanegara. Kejadian tersebut terjadi tanggal 10 Agustus 1997.

“Ambil lukisan paling peliunan (banyak, red) tahun 1997 di Sawah Tanggayuda, Ubud. Ini akan jadi sejarah. Lukisan ini dikembalikan sehari setelah saya kirim ke sana, terus saya bilang Man (Nyoman Sumerta, red) engken ne tidak dijawab. Coba telpon tidak mau, coba datangi kesana. Saya lihat ada tapi dibilang tidak ada sama satpamnya. Ked di studio langsung saya tulis lukisannya,” jelas Agung Abady.

Baca juga :  Meyka & Erma Lepas Lajang

“Lukisan ini pernah mau dipesan mau diambil dalam pameran gelar lukis terbuka 10 8 1997, Oleh Bapak Sumerta dari Sumerta Gallery. Tapi dibatalkan tanpa alasan, thanks for nothing,” lanjutnya sambil membaca isi tulisan yang ia bubuhkan pada lukisan yang dimaksud. Dijelaskan bahwa maksud dari keseluruhan pesan dalam lukisan, bahwa dirinya tidak pernah melacurkan diri sebagai seniman.

“Galeri tidak akan bisa hidup tanpa karya-karya saya (karya pelukis, red). Saya tulis private collection dan saya pamerkan lagi. Pameran itu dah saya perpanjang,” lanjutnya sembari mengungkapkan lukisan yang kembali dipamerkan saat itu sempat ingin dibeli oleh orang lain. “Itulah dia datang sama Gus Tu, meminta maaf kenapa lukisan itu tidak jadi diambil. Begini-begini, ok tetapi kamu itu menyakitkan hati saya. Kalau ini namanya teman, lebih baik saya punya musuh,” ungkapnya dengan nada meninggi.

Atas kejadian itu Agung Abady justru mengaku tidak merasa rugi, namun sebaliknya merasa beruntung. Kejadian itu ia nilai sebagai catatan sejarah dimana seniman harus dihargai. Dan ia menilai sebuah karya lukis dikembalikan adalah hal yang sah-sah saja sepanjang ada alasan tepat saat mengembalikan. “Padahal sudah melangganan ling pidan. Sebetulnya kan bisa bilang bahwa nike satu tidak berkenan yang lainnya ok ,misalnya kan bagus ya,” tandas seniman yang juga berkarya di Australia sejak tahun 1976 itu.

Baca juga :  Puncak Peringatan Saharsa Warsa Batuan Gugah Kesadaran Menjaga Keharmonisan Alam
Ip/MD-IKM-BB//31/2021/f1

Dikonfirmasi terpisah, Nyoman Sumerta yang juga sekaligus pemilik Sumerta Gallery justru mengatakan masalah tersebut sudah selesai sejak lama. Hanya saja kesalahpahaman masih berlanjut, dan ia bahkan mengaku telah banyak membantu bahkan dikatakan Agung Abady telah meminta maaf atas kejadian itu. Sebagai sahabat (teman baik) Sumerta bahkan mengatakan lukisan yang ia beli sebenarnya dijual dengan harga diskon namun kenyataannya tidak. Itu yang menjadi alasan utama, satu lukisan tidak jadi dibayar.

“Tiang ajak raganne berteman baik, tiang justru ingin bantu. Sering orang (pelukis, red) ne titip lukisan laku diriki gambarnya dan tiang sudah bayar,” ujarya lanjut menjelaskan dalam hubungan pertemanan mereka selalu saling bantu. Hanya saja waktu pelaksanaan pameran yang dimaksud Sumerta Gallery diberikan harga khusus, namun kenyataannya dalam nota pembayaran tidak ada potongan harga.

Ip/MD-BI-EB//31/2021/f1

“Pas pameran raganne kirim surat bahwa untuk galeri akan dikasi diskon harga khusus. Kan wajar galeri itu polih diskon kalau beli di pameran, karena kalau dijual kan bisa dijual lagi. Galeri kan ngerereh untung, bukan kolektor galeri itu. Tiang justru ingin membantu, setelah membeli gambar terus notanya tidak ada diskon,” terangnya lanjut mengatakan bahwa ia memang sempat menemui Agung Abady dan sudah melakukan komunikasi.

Pemilik Bebek Tepi Sawah ini bahkan mengaku masih ada saksi hidup mengenai peristiwa tersebut. Bahkan ia merasa sudah banyak membantu seniman lukis di Bali lainnya dengan cara yang sama. Namun ia menilai wajar bila tidak semua lukisan harus dipasang di galeri untuk dijual. “Intinya karena tidak sesuai harga yang dia sebut. Katanya mau kasi diskon ternyata ten polih diskon. Dua meli kan demen masih pang payu nak pameran, kan mengharapkan rejeki,” tandas pemilik Nyoman Sumerta Fine Arts Gallery itu.

Baca juga :  Wawali Arya Wibawa Buka Gelar Budaya ST. Dwi Tunggal Banjar Menesa Puseh Pedungan
Ik/MD-GP-Bali//25/2021/3Bln

Atas sanggahan Sumerta, Seniman berpenampilan nyentrik ini justru mengatakan ada upaya membalikkan fakta. Karena sepanjang pengalaman Agung Abady melaksanakan atau menjual lukisan belum pernah bicara harga apalagi diskon. “Kenapa waktu saya tanya alasan itu tak diutarakan secara fair, tentang discount. Dia malah tak mau nemui saya. Karena akhirnya saya pamerkan lagi. Baru beberapa harinya dia datang dengan Gustu Ulun Ubud. Intinya minta maaf, dan saya maafkan tapi tak bisa saya lupakan,” ungkapnya.

Agung Abadi tidak keberatan kalau masalah itu sudah dianggap selesai dan ia mengatakan akan dijadikan catatan hidup sebagai seniman yang menjunjung tinggi idealisme. Ditegaskannya sangat tidak masuk akal dirinya minta maaf pada orang yang telah melecehkan dirinya. “Sumerta yang minta maaf dan dia bawa orang yang saya hormati di Ubud, Ida Bagus Putu Suarta (Pemilik Ulun Ubud, red) datang pagi itu sebagai pengetengah, dan saya maafkan karena ada beliau, tapi nggak pernah saya lupakan,” tandasnya. MD-9

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button